Friday, January 14, 2011

HATI YANG KERAS PUNCA HILANGNYA خُشُوْعُ (KHUSYU’)

 
"Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, agar tunduk hati mereka untuk mengingat Allah dan tunduk pada kebenaran yang telah turun (kepada mereka), dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya yang telah diturunkan Al Kitab kepadanya, setelah berlalu masa yang panjang lalu hati mereka menjadi keras. dan kebanyakan dari mereka adalah orang-orang yang fasik.“(al Hadid :16)

خُشُوْعُ berarti tenang, tunduk, merendahkan hati, lunak dan rasa takut. Fiil madhinya khasya’a dan mudhari’nya yakhsya’u.

خُشُوْعُ adalah sifat dan suasana hati dimana ia memiliki pengaruh yang kuat terhadap gerak gerik seluruh anggota badannya, karena itu خُشُوْعُ -nya hati akan nampak pada perilaku dan ucapan lisan. Al Hakim meriwayatkan hadith dari Abu Hurairah dari Nabi صلى الله عليه وسلم, beliau bersabda: “andaikata hati ini خُشُوْعُ, maka akan خُشُوْعُ -lah seluruh anggota tubuhnya.” (Jami’s Shaghir 130)

Hati menjadi tempat dimana Allah memandang dan menilai seseorang, karena bukan pakaian, bentuk tubuh, atau warna kulit yang dipandangNya, tetapi Allah memandang suasana hatinya, apakah خُشُوْعُ atau tidak. Walaupun seorang muslim secara syariat sudah melaksanakan solat tapi bila tidak terdukung dengan خُشُوْعُ nya hati, akan mengurangi nilai ibadahnya.

Imam Muslim dan Ibnu Majah meriwayatkan hadith dari Abu Hurairah dengan sanad sahih bahwa Nabi صلى الله عليه وسلم bersabda:
    “Sesungguhnya Allah Ta’ala tidak melihat bentuk tubuhmu dan harta bendamu tetapi sungguh Dia melihat pada hati dan amal perbuatan kalian.” (Jami’us Shaghir 74)

DUNIA KITA HIDUP KITA


BISAKAH kita membayangkan bagaimana dulu, Adam dan Hawa, menjalani hidup ketika hanya mereka berdua yang menghuni bumi ini?

Mungkin mudah membayangkan bagaimana mereka mencari makan untuk menyambung hidup, atau membuat rumah tempat mereka berteduh, atau membuat pakaian untuk menutup aurat mereka. Tapi coba bayangkan bagaimana pada mulanya mereka menemukan bahasa sebagai alat komunikasi mereka? Atau bagaimana pada mulanya mereka mengenal satu per satu dari jengkal tanah bumi ini?

Bagaimana mereka mengetahui atau menyepakati bahwa tempat mereka berjalan itu bernama tanah, bahwa benda yang tampak jauh di ketinggian sana, yang berwarna biru adalah langit, bahwa ada makhluk lain di dunia selain mereka yang bernama binatang dan tumbuhan, bahwa ada malampu besar yang membuat hari-hari mereka terbelah dalam terang dan gelap, dan bahwa ketika hari siang itu namanya siang dan ketika hari gelap itu namanya malam? Tapi kenapa kemudian kita, anak cucu Adam dan Hawa, bisa punya ribuan kata yang berbeda untuk satu benda? Mengapa kita punya banyak bahasa?

Lalu bagaimana pula cara kakek nenek kita itu mengenal dunia yang mereka huni ini? Berapa luaskah dari bumi ini, yang sekarang dihuni oleh sekitar 6 milyar anak cucunya, yang bisa mereka jangkau?

LUKISAN YANG TAK SELESAI


Thursday, January 13, 2011

MENANGIS KERANA ALLAH

“Katakanlah: "Berimanlah kamu kepadaNya atau tidak usah beriman (sama saja bagi Allah).  Sesungguhnya orang-orang yang diberi pengetahuan sebelumnya apabila Al Qur'an dibacakan kepada mereka, mereka menyungkur atas muka mereka sambil bersujud, dan mereka berkata: "Maha Suci Tuhan kami; sesungguhnya janji Tuhan kami pasti dipenuhi". Dan mereka menyungkur atas muka mereka sambil menangis dan mereka bertambah khusyuk."  (Al Isra’: 107-109)

“Orang yang beriman itu apabila disebut nama Allah atau dibacakan ayat Qur’an bergetar hatinya.” ( Al-Anfal: 2) 


DALAM Hadist Riwayat Bukhari disampaikan bahwa ada 7 golongan orang yang mendapat naungan Allah di hari Kiamat, salah satunya adalah orang yang menitikan airmatanya karena ingat akan kebesaran Allah [Nota 1].
Dikisahkan pada suatu hari Rasulullah sedang duduk bersama para sahabat, kemudian beliau meminta salah seorang sahabat Abdillah bin Mas’ud membaca surat An Nisa, hingga sampai surat an Nisa ayat 41:
    Maka bagaimanakah (halnya), apabila Kami mendatangkan seseorang saksi (rasul) dari tiap-tiap umat dan Kami mendatangkan kamu (Muhammad) sebagai saksi atas mereka itu (sebagai umatmu).    
Beliau meminta Abdillah bin Mas’ud menghentikan bacaannya, para sahabat melihat airmata Rasulullah berlinang, beliau menangis.

Aisyah ra menceritakan bahwa ia sering melihat Rasulullah menangis ketika mengerjakan sholat malam, beliau menangis sepanjang sholatnya. 

Wednesday, January 12, 2011

WAKTU-WAKTU YANG MUSTAJAB UNTUK BERDOA (Kajian Hadith)

Allah memberikan masing-masing waktu dengan keutamaan dan kemuliaan yang berbeda-beda, diantaranya ada waktu-waktu tertentu yang sangat baik untuk berdoa, akan tetapi kebanyakan orang menyia-nyiakan kesempatan baik tersebut. 

Mereka mengira bahwa seluruh waktu memiliki nilai yang sama dan tidak berbeda. Bagi setiap muslim seharusnya memanfaatkan waktu-waktu yang utama dan mulia untuk berdoa agar mendapatkan kesuksesan, keberuntungan, kemenangan dan keselamatan. Adapun waktu-waktu mustajabah tersebut antara lain.

SEPERTIGA AKHIR MALAM

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu bahwasanya Rasulullah Shallallahu 'alaihiwasallam bersabda yang ertinya

"Sesungguhnya Rabb kami yang Maha Berkah lagi Maha Tinggi turun setiapmalam ke langit dunia hingga tersisa sepertiga akhir malam, lalu berfirman ;barangsiapa yang berdoa, maka Aku akan kabulkan, barangsiapa yang memohon, pastiAku akan perkenankan dan barangsiapa yang meminta ampun, pasti Aku akanmengampuninya."  [Shahih Al-Bukhari, kitab Da'awaat bab Doa Nisfullail 7/149-150]





ISTIQAMAH DALAM KEIMANAN


 
"Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan, "Tuhan kami adalah Allah" kemudian mereka meneguhkan pendirian (istiqamah) maka para malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan), "Janganlah kamu merasa takut, dan janganlah kamu merasa sedih, dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu. Kamilah pelindung-pelindungmu dalam kehidupan dunia dan akhirat; di dalamnya kamu memperoleh apa yang kamu inginkan dan memperoleh (pula) apa yang kamu minta." (QS. Fushilat : 30-31)  


KEIMANAN yang kuat suatu saat bukanlah awal dan akhir sekaligus. Mengapa? Karena hidup manusia terus berlangsung melalui berbagai dinamikanya. Cobaan, godaan, kesenangan, penderitaan, kesulitan, dan berbagai nuansa kehidupan terus silih berganti menimpa manusia. Oleh karena itu, ada kalanya orang mengawali hari dengan iman, tetapi iman itu luntur di kala siang. Di pagi hari hatinya mantap dengan syariat Allah, namun di waktu asar hatinya telah menyeleweng jauh dari syariat Islam tersebut. Karenanya, ada tantangan setelah iman telah menancap (terpancang), yaitu sikap istiqamah. Ia adalah "Luzum ath-tha'ah (konsistensinya ketaatan)," kata Umar bin Khattab.

Suatu ketika Muadz bin Jabal menghadap Rasulullah صلیﷲ علیﻪ و سلم dan berkata,

    "Wahai Rasulullah, katakan kepadaku tentang Islam yang saya tidak mendapatkannya dari yang lain." Beliau menjawab, قُلْ آمَنْتُ بِاللَّهِ ثُمَّ اسْتَقِمْ
    "Katakan, aku beriman kepada Allah, lalu istiqamahlah."
      
Dengan kata lain, yang dituntut bukan hanya sekali menyatakan persaksian iman, akan tetapi harus diikuti dengan sikap konsisten dalam keimanan untuk selama-lamanya. Konsistensi dalam iman, atau sering disebut sebagai sikap istiqamah, merupakan keharusan untuk menunjukkan bahwa keimanan kita telah masuk ke jiwa secara sempurna, bukan hanya ungkapan lisan semata. Allah menolak masyarakat badui (badwi) yang menyatakan telah beriman, sedangkan mereka belum konsisten dalam menegakkan konsekuensi keimanan tersebut.

JANJI ALLAH UNTUK ORANG YANG BERTAQWA


“Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (Yaitu) orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertaqwa. Bagi mereka berita gembira di dalam kehidupan di dunia dan (dalam kehidupan) di akhirat. Tidak ada perubahan bagi kalimat-kalimat (janji-janji) Allah. Yang demikian itu adalah kemenangan yang besar." (Yunus, 10: 62-64) 

PERKATAAN ‘Taqwa’ [1] telah disebut sebanyak 251 kali di dalam banyak surah di dalam Al-Qur’an. Banyaknya ayat-ayat yang menekankan tentang taqwa ini adalah petanda betapa penting taqwa itu disisi Allah. Firman Allah, maksudnya:
    “Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa di antara kamu.“  (Al-Hujurat : 13)
    “Maka sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaqwa.”   (Ali Imran : 76)

Hasil mujahadah yang tinggi, serius serta istiqamah, Allah mengurniakan kepada kita sifat taqwa. Bermacam-macam kebaikan yang Allah janjikan dalam Al Quran kepada mereka yang memiliki sifat taqwa ini. Ini adalah janji Allah yang pasti tepat dan pasti ditunaikan-Nya. Ia tidak terhingga nilainya yang tidak dapat diukur dengan mana-mana mata wang di dunia ini.

Di antara janji-janji Allah kepada mereka yang memiliki sifat taqwa ini ialah:

MENCARI KHUSYU' DALAM SOLAT


(45) Dan mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan (mengerjakan) salat. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk,

(46) (yaitu) orang-orang yang meyakini, bahwa mereka akan menemui Tuhannya, dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya.

(Al Baqarah, 2: 45-46) 


ESENSI SHOLAT ADALAH DOA, BERDIALOG DENGAN ALLAH SECARA LANGSUNG
    Kita sebenarnya diberi kesempatan untuk mengadu. Kita adukan semua persoalan kita kepada Allah. Kita adukan semua kebingungan kita, pekerjaan, rizki, kesehatan, cinta, dan semua apapun. Kita mengadu, dan kita pasrah menunggu dijawab. Dan pasti Allah menjawabnya langsung. Ruh bisa merasakannya, namun kalau dia dipaksa tertinggal-tinggal oleh gerakan badan, maka dia tidak sempat menikmati pertemuan dengan Allah itu.


SOLAT, TITIK AWAL MENUJU KEBAIKAN
    Solat tak sekadar hubungan pribadi antara manusia dan Allah. Solat mengandung dimensi yang sangat luas. Solat yang khusyuk tak hanya mendekatkan hubungan manusia dengan Tuhan, tapi juga dapat menjadi daya dorong untuk menciptakan kehidupan bermasyarakat yang tertib, saling menolong, senang bekerja keras, dan saling mengingatkan di dalam kebaikan.

DIANTARA ROTI DAN BARA API?

TENTU kita percaya bahwa memberi kail, jauh lebih mendidik dibandingkan dengan memberi ikan. Ungkapan "Berikan kail, bukan ikan!" Itu jika kita berada dalam posisi sebagai 'sang pemberi'. Seandainya anda diposisi 'yang diberi', tentu pilihan kita menjadi bias dan sedikit gengsi  (Eng: prestige, put on airs, esteem, respect, prestige). Saya justru ingin anda menawari opsi (BM: opsyen, pilihan) lain:


Diantara sepotong roti dan sepercik api.

Mana yang akan anda pilih: roti atau api?


APA KEPUTUSAN ANDA?
    Saya tidak akan mencampuri keputusan anda. Namun, sebelum saya membahas lebih lanjut, tentukan pilihan anda: roti atau api? Itu penting bagi anda, karena dalam sejarah umat manusia; ada seorang Nabi besar yang "berurusan dengan roti dan api". Anda ingat siapa orang itu? Ya, dia adalah Nabi Musa alaihissalam.
    Di zaman ketika dia dilahirkan, pembaca bintang meramalkan bahwa Firaun akan dikalahkan oleh bayi laki-laki yang dilahirkan di Bani Israil. Oleh karena itu, Firaun memerintahkan untuk membunuh semua bayi lelaki yang lahir. Sedangkan isteri Firaun, menemukan bayi yang tampan dan segera menyembunyikannya karena tertarik dan agar tak dibunuh Firaun.

    Tentu ketika melihat bayi itu, Firaun memaksa untuk membunuhnya, tapi sang ratu tentu keberatan.

    Sehingga, akhirnya mereka bersepakat untuk melakukan ujian. Dihadapan sang bayi disediakan dua pilihan; roti dan api (terdengar aneh memang). Jika bayi itu memilih api, maka dia akan diij(z)inkan untuk hidup. Tetapi, jika dia memilih roti, maka dia harus mati! (Lihat Nota 1, pengkisahan alternatif pada kisah Firaun, Musa alaihissalam, dan AsIyah)

    Nah, sekarang perhatikan kembali pilihan anda tadi ....

IMAN BUKAN SEPERTI TIKET BUSWAY

SEORANG mukmin hidupnya kadang mirip peladang. Tak pernah lelah membuka lahan (ladang), menanam benih, merawat, menjaga, dan akhirnya menikmati indahnya tanaman yang mulai berbuah. Tapi, jangan pernah menanggalkan parang. Karena dalam kebun juga ada ular, babi hutan, dan anjing liar.

Keimanan merupakan anugerah Allah yang begitu mahal. Hidup yang keras bisa terlalui dengan tenang, nyaman, dan penuh harapan. Sesulit apa pun kehidupan seorang mukmin, ia tetap punya harapan hari esok yang sangat membahagiakan.

Namun, bukanlah iman yang tanpa ujian. Iman bukan sebuah jaminan kalau seorang anak manusia bisa hidup tanpa gangguan. Bukan seperti tiket busway (lorong khas untuk bas) yang bisa memberi jaminan bebas macet (memucut) di saat padatnya lalu lintas kota. Justru, kian melekat nilai keimanan pada diri seseorang, semakin banyak cobaan dan gangguan.

    LEBURLAH DOSA DENGAN TAUBAT YANG TULUS

    “Kabarkanlah kepada hamba-hamba-Ku, bahwa sesungguhnya Aku-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang, dan bahwa sesungguhnya azab-Ku adalah azab yang sangat pedih” (QS.15 Al Hijr 49-50)  

    SETIAP
    hamba pasti pernah terjerumus dalam dosa bahkan juga dosa besar. Mungkin ada yang sudah terjerumus dalam kelamnya zina, pembunuhan dan minum minuman keras (khomr). Tentu saja dosa ini bukan dibiarkan begitu saja tanpa disesali. Dosa tersebut tentu saja patut ditaubati dengan taubat yang tulus.

    Sebuah hadits yang patut jadi renungan, Anas bin Malik menceritakan bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, Allah Ta'ala berfirman:

      ”Wahai anak Adam, sesungguhnya jika engkau menyeru dan mengharap pada-Ku, maka pasti Aku ampuni dosa-dosamu tanpa Aku pedulikan. Wahai anak Adam, seandainya dosamu membumbung tinggi hingga ke langit, tentu akan Aku ampuni, tanpa Aku pedulikan. Wahai anak Adam, seandainya seandainya engkau mendatangi-Ku dengan dosa sepenuh bumi dalam keadaan tidak berbuat syirik sedikit pun pada-Ku, tentu Aku akan mendatangi-Mu dengan ampunan sepenuh bumi pula.” (HR. Tirmidzi no. 3540. Abu Isa mengatakan bahwa hadits ini ghorib. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)  


    JIKA BERTAUBAT, SETIAP DOSA AKAN DIAMPUNI

      Hadits di atas menunjukkan bahwa Allah benar-benar Maha Pengampun. Setiap dosa –baik dosa kecil, dosa besar, dosa syirik bahkan dosa kekufuran- bisa diampuni selama seseorang bertaubat sebelum datangnya kematian. Allah Ta’ala berfirman:

      “Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Az Zumar: 53).  

    ALLAH TAK NAK HAMBANYA MASUK NERAKA

    DUNIA atom ini, ada di antara penganut agama Islam sendiri berburuk sangka dengan Allah dan Islam. Kata mereka bahawa Islam adalah agama yang mengharamkan kegembiraan. Arak diharamnya, babi diharamnya, zina diharamnya, pendek kata semua Islam haram. Jika lakukan, kufur, masuk neraka. Tambah mereka lagi, memang betul kata nabi, “dunia ibarat penjara bagi orang mukmin dan syurga bagi orang kafir.”

    Persoalannya, adakah benar akan segala tohmahan ini? Jika difikirkan secara logik akal, secara rasional, ada benarnya namun perlu diingatkan bahawa agama tidak berdiri dengan akal tetapi agama berdiri dengan wahyu. Jadi, terkadang akal yang terhad ini tidak dapat menjangkau kehendak Tuhan, maka atas paksi itulah Rasul diutuskan.


    KISAH ORANG BUTA DAN GAJAH

    Kisah orang buta dan gajah, cukup terkenal.  Hampir kesemua orang pernah mendengarnya namun kisah ini belum habis.  Ada hikmah yang cuba disembunyikan.  Seorang buta terpegang ekor gajah,  maka diberitahu kepada rakan-rakannya yang lain bahawa gajah itu bentuknya seperti tali.  Tetapi pendapatnya dicanggah oleh seorang buta lain yang terpegang badan gajah. Katanya, “bukan, gajah itu seperti dinding, besar.  ”Seorang buta yang lain pula terpegang kaki gajah,  lalu diumum bahawa gajah itu bukan seperti tali ataupun dinding, tetapi gajah itu seperti sebatang pokok balak.

    Apa yang dinilai oleh orang-orang buta itu,  semuanya salah.  Tiada seorang pun dapat mendiskripsikan gajah itu dengan bentuk yang sebenar.  Kerana apa?  Kerana penglihatan mereka terhad,  penglihatan mereka terbatas maka apa yang dilakukan oleh mereka juga terbatas.

    APA ITU KEBAIKAN DI DUNIA?



    ALLAH beri bermacam-macam kebaikan di dunia buat hamba-hamba yang dikehendaki-Nya. Dan segala kebaikan itu pula bermanfaat untuk akhirat mereka.

    Bagaimana kita hendak tahu kita telah mendapat kebaikan di dunia atau tidak?

    Apa kata para ulama mengenai kebaikan di dunia itu?

    Ulama-ulama dahulu termasuk Ibnu Katsir, telah menyenaraikan apa itu kebaikan di dunia di dalam kitab-kitab mereka. Apa yang mereka senaraikan itu semuanya dilihat dari neraca agama dan penilaian Allah serta bertepatan dengan fitrah manusia yang inginkan kebaikan dalam hidup. Kebaikan yang disenaraikan itu meliputi perkara-perkara berikut: kesihatan, isteri yang solehah, rezeki yang luas lagi halal, anak-anak penyejuk hati, kerehatan, ilmu yang bermanfaat, amal soleh, rumah yang aman, kenderaan yang baik, dan pandangan baik dari orang. Kebaikan di dunia juga menurut ulama merangkumi limpahan segala nikmat, kesejahteraan hidup dan taufik dari Allah Yang Esa.

    Ada juga ulama mengatakan kebaikan di dunia itu meliputi tiga perkara iaitu hati yang bersyukur, lidah yang berzikir dan tubuh badan yang sabar (dalam menanggung ujian Allah). Tiga perkara ini terkandung dalam doa yang diamalkan oleh Nabi صلیﷲ علیﻪ و سلم

    Senarai kebaikan di dunia oleh ulama-ulama ini bukan hanya dilihat pada perkara-perkara lahir yang dapat dipandang mata tetapi juga perkara-perkara batin yang dapat dirasai oleh hati. Perkara-perkara itu adalah pokok-pokok kebaikan di dunia.


    QALBUN SALIMUN (HATI YANG SEJAHTERA)

    KALAU fikiran manusia ada di otak yang terletak di kepala, dimanakah letak hati manusia? Pada zaman dahulu para pakar Sumerian Asyirian berpendapat bahwa manusia berfikir dan merasa menggunakan organ hati (liver). Hal ini dibantah oleh Aristoteles yang menganggap manusia berfikir dan berperasaan dengan jantung (heart). Kedua pendapat tersebut mempunyai pengikut masing masing, penggunaan istilah liver berkembang didaerah selatan terutama Asia, dan heart berkembang di utara terutama Eropa. Namun didaerah selatan kini pengertian hati (liver) telah menjadi rancu, mereka mengatakan hatiku sangat sakit tapi yang diurut bagian dada (lokasi jantung).
    Dalam Al Qur’an A Al Hajj 46 dengan jelas dinyatakan bahwa qalbu itu berada dirongga dada ( mungkin jantung?)

      ”Maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar? Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta, ialah hati yang di dalam dada.” (Al Hajj: 46)
    Rasulullah mengatakan bahwa didada manusia ada segumpal darah, jika dia baik maka baiklah seluruh tubuh manusia itu jika dia buruk maka manusia itupun menjadi buruk pula.

    Didalam hati (qolbu) manusia terdapat empat ruangan yaitu:

    Yang diinginkan
    • Ingin senang, kaya, bahagia, sukses, aman , nyaman, nikmat, serba cukup, sehat, kuat.
    Yang di takuti
    • Takut mati, miskin., susah, sengsara, melarat, hina, sakit, lemah.
    Penyakit hati
    • Musyrik, kafir, dengki, hasud, dendam, ria, sombong, takabur, malas, khianat.
    Kekuatan hati
    • Iman, Taqwa, Ikhlas, sabar, jujur, amanah, santun, syukur, ridha, pemaaf, pemurah, penyayang

    MENCARI KARAKTER ISTERI SOLEHAH

    ARTIKEL
    singkat ini menyajikan beberapa karakter perempuan sholihah yang diungkapkan beberapa ayat al-Quran. Pengungkapan ayat-ayat ini dikaitkan dengan upaya pembangunan keluarga yang diliputi suasana tentram, cinta kasih dan sayang atau keluarga sakinah, mawaddah wa rahmah (samara) sebagaimana diungkapkan pada ayat:
      Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir. (Ar-Rum, 30:21)  

      Ayat-ayat yang digunakan sebagian terkait langsung dengan posisi perempuan sebagai isteri. Sebagian ayat lain tidak terkait langsung dengan posisi perempuan sebagai isteri, akan tetapi bila kita telusuri lebih jauh, ayat-ayat ini berkaitan secara tidak langsung dengan posisi isteri, semisal pengungkapan ayat-ayat terkait kisah Ratu Bilqis pada surat an-Naml atau ayat-ayat yang menggambarkan sifat para bidadari di surga. Insya Allah ayat-ayat ini akan diungkapkan dalam kerangka mengungkapkan karakter isteri sholihah.

      Untuk memudahkan pengkajian, penulis mengelompokkan ayat-ayat untuk menggambarkan karakter isteri sholihah dalam tiga profil, yaitu:
      PROFIL KEKASIH  
      PROFIL IBU 
      PROFIL SAHABAT

    Tuesday, January 11, 2011

    TIPU DAYA SYAITAN YANG MENYESATKAN


    Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan. Barang siapa yang mengikuti langkah-langkah syaitan, maka sesungguhnya syaitan itu menyuruh mengerjakan perbuatan yang keji dan yang mungkar.  Sekiranya tidaklah karena karunia Allah dan rahmat-Nya kepada kamu sekalian, niscaya tidak seorang pun dari kamu bersih (dari perbuatan-perbuatan keji dan mungkar itu) selama-lamanya, tetapi Allah membersihkan siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (An Nur: 21)  


    Ada 5 pesan bagi orang ber-iman yang terkandung dalam surat An Nur ayat 21 ini yaitu:
      1. Selalu waspada dan tidak mengikuti bisikan serta pujuk rayu syaitan. 
      2. Syaitan selalu membujuk dan menganjurkan manusia untuk melakukan perbuatan keji dan mungkar. 
      3. Tanpa pertolongan dan rahmat Allah tidak ada satu orangpun yang bisa selamat dari pujuk rayu dan tipu daya syaitan itu. 
      4. Namun demikian Allah menyelamatkan siapa yang dikehendaki dari tipu daya dan bujuk (BM: pujuk) rayu syaitan. 
      5. Allah Maha mendengar dan maha melihat segala sesuatu.


    SYAITAN ADALAH MUSUH UTAMA MANUSIA

      Syaitan adalah musuh utama manusia yang selalu mengikuti manusia kemanapun dia pergi. Syaitan selalu membisikan fikiran buruk dan membujuk manusia untuk melakukan perbuatan maksiat, keji dan mungkar, setiap detik syaitan tidak pernah letih dan lelah dalam usahanya menyesatkan manusia. Tidak ada satu orangpun yang bisa lolos (BM: bolos) dari usaha bujukan, rayuan dan tipu daya syaitan ini. 
       

    PUASA BERKESAN BENTUK INSAN CEMERLANG

    Ufuk Minda:
    Bersama Prof Dr Sidek Baba
    AL-QURAN dalam surah al-Baqarah, ayat 183 memberikan asas penting mengenai amalan puasa dalam membangun jiwa muttaqin. Penegasan al-Quran adalah wajar kerana roh manusia perlu dibimbing daripada tahap nafsu yang haiwani ke arah nafsu insani.


    JIWA MUTTAQIN
      Proses pemurniaan jiwa (tazkiah an nafs) adalah jalan membangun jiwa muttaqin. Jiwa muttaqin bakal merintis jalan hidup ke arah kecemerlangan. Dalam surah al-Hujurat, ayat 13, Allah memberikan asas bahawa manusia yang terbaik atau cemerlang di sisi-Nya ialah orang yang muttaqin.
       

    Monday, January 10, 2011

    IMAN SEBAGAI BENTENG AGAMA

    SETIAP
    kejadian yang berlaku di dunia ini mestilah dikaitkan dengan konsep wujudnya Allah sebagai Pentadbir segala sesuatu. Peristiwa kelahiran manusia mahupun binatang yang asalnya tiada kepada ada dan pasti menempuhi detik masa dinamakan penamat kehidupan membuktikan pasti ada yang mengaturnya.

    Fenomena kejadian alam yang silih berganti antara malam dan siang, penghasilan tanaman dan tumbuhan untuk kegunaan makhluk bernyawa, proses perkembangan taraf kemajuan manusia juga adalah petunjuk adanya Pentadbir alam ini.

    Kitab suci al-Quran membongkar segala persoalan yang pasti hanya akan diketahui oleh pengkaji ayat-Nya. Firman Allah yang bermaksud:
      Sesungguhnya pada langit dan bumi ada tanda (yang membuktikan kekuasaan Allah) bagi orang beriman. Dan pada kejadian diri kamu sendiri serta (pada kejadian) segala binatang yang dibiakkanNya, ada juga tanda (membuktikan kekuasaan Allah) bagi orang yang meyakininya. Dan pada pertukaran malam dan siang, silih berganti dan juga (pada) rezeki yang diturunkan Allah dari langit, lalu ia hidupkan dengannya tumbuh-tumbuhan di bumi sesudah matinya, serta (pada) peredaran angin (semuanya itu mengandungi) tanda (membuktikan keesaan Allah, kekuasaan-Nya, kebijaksanaan-Nya, serta keluasan rahmat-Nya) bagi kaum yang mahu menggunakan akal fikiran.” (Surah al-Jaathiyah, ayat 3-5)


    NALURI INGIN BERAGAMA

    Jiwa manusia beriman sudah ditanam dalam sanubarinya perasaan yakin akan kewujudan Allah dan pastinya perasaan itu adalah fitrah yang dicampakkan ke dalam hati insan yang diberi petunjuk oleh-Nya. Hal itu dijelaskan ulama sebagai naluri ingin beragama.

    Firman Allah yang bermaksud:
      (Setelah jelas kesesatan syirik itu) maka hadapkanlah dirimu (engkau dan pengikutmu wahai Muhammad) ke arah agama yang jauh daripada kesesatan, (turutlah terus) agama Allah, iaitu agama yang Allah menciptakan manusia (dengan keadaan bersedia dari semula jadinya) untuk menerimanya.” (Surah al-Rum, ayat 30)

    Naluri manusia untuk memperakui ketuhanan Rabbul Jalil turut dinyatakan melalui firman Allah yang bermaksud:
      Dan (ingatlah wahai Muhammad), ketika Tuhanmu melahirkan zuriat Adam (turun-temurun) dari (tulang) belakang mereka, dan Ia jadikan mereka saksi terhadap diri mereka sendiri, (sambil Ia bertanya dengan firman-Nya), bukankah Aku Tuhan kamu? Mereka semua menjawab: benar (Engkaulah Tuhan kami), kami menjadi saksi, yang demikian supaya kamu tidak berkata pada hari kiamat kelak: sesungguhnya kami adalah lalai (tidak diberi pengingatan) mengenai (hakikat Tauhid) ini.” (Surah al-A’raaf, ayat 172)

    SOLAT SUNNAH TAUBAT

    KITA sebagai manusia biasa tidak terlepas daripada melakukan pelbagai kesilapan. Dan adakalanya mungkin terjerumus ke dalam persoalan yang dilarang, yang mengakibatkan dosa, atau perkara yang dibenci oleh Allah سبحانا وتعاﱃ   Oleh itu Allah سبحانا وتعاﱃ  dengan sikapnya yang Maha Pengasih, dan Maha Pengampun sentiasa memberikan ruang kepada hambanya untuk kembali kepada fitrah dan membersihkan diri dari pelbagai kesilapan, ketergelinciran dan kesalahan.

      “Dan peliharalah dirimu dari api neraka, yang disediakan untuk orang-orang yang kafir.”[1] (Surah Ali Imran, 3: 131)

    KAEDAH MEMELIHARA DIRI DARI API NERAKA


    Antara cara dan kaedah memelihara diri daripada ancaman api neraka Allah, menurut Sheikh Abdur Rahman as-Sa’di di dalam tafsirnya terhadap ayat tersebut adalah:
      “Dengan cara meninggalkan hal-hal yang menjerumuskan ke dalamnya, berupa kekufuran dan kemaksiatan khususnya kemaksiatan yang besar, yang akan mengheret kepada kekufuran, bahkan ia merupakan sifat dari kekufuran yang telah Allah siapkan neraka bagi pelaku-pelakunya.

    Maka meninggalkan kemaksiatan akan menyelamatkan dari api neraka dan menjaga diri dari kemurkaan Yang Mahakuasa.   Sedang perbuatan-perbuatan yang baik dan berbentuk ketaatan membuahkan redha Allah, ganjaran Syurga, dan memperolehi rahmat.” (Tafsir as-Sa’di, jil. 1, m/s. 545)

    Di dalam ayat yang lain, Allah سبحانا وتعاﱃ  berfirman:
      “Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah?  Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui.” (Surah Ali Imran, 3: 135)

    Dalam menafsirkan surah Ali Imran ayat 135, Sheikh Abdur Rahman as-Sa’di menyatakan,
      “Telah terjadi perbuatan-perbuatan buruk yang besar atau yang kecil yang dilakukan oleh mereka, lalu mereka segera bertaubat dan meminta ampunan, mereka mengingat Rabb mereka dan ancaman-Nya bagi orang-orang yang berbuat maksiat dan apa yang dijanjikan bagi orang-orang yang berbuat maksiat dan apa yang dijanjikan bagi orang-orang yang bertaqwa.  Maka mereka memohon ampunan pada-Nya atas dosa-dosa mereka itu, menutup aib-aib mereka, di samping mereka meninggalkan hingga akar-akarnya dan menyesal atasnya.  Kerana itulah Allah berfirman, Maksudnya: “dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui”.” (Tafsir as-Sa’di, jil. 1, m/s. 547-548)



    ANTARA CARA MEMULAKAN TAUBAT


     
    Oleh itu, antara cara untuk memulakan taubat adalah pertamanya dengan segera meninggalkan perbuatan keji/maksiat yang tersebut dan berusaha untuk tidak mengulanginya.  Dianjurkan juga untuk melaksanakan solat sunnah taubah/taubat.

    Sebagaimana menurut ke-empat-empat mazhab, solat sunnah atas sebab bertaubat dari dosa adalah dianjurkan. (Rujuk Ibnu ‘Abidin, 1/462, ad-Dasuqi, 1/314, Asna al-Muthakib, dan Kasyaf al-Qanna’, 1/443. Dinukil dari Shahih Fiqih Sunnah, jil. 2, m/s. 95)

    Hal ini, adalah sebagaimana berdasarkan hadis berikut:

    Dari Asma’ bin al-Hakam al-Fazari, dia menjelaskan:
      Aku pernah mendengar ‘Ali Radhiallahu anhu berkata: “sesungguhnya aku adalah seorang yang jika mendengar sebuah hadis dari Rasulullah, Allah akan memberiku manfaat dari hadis tersebut bersesuaian dengan kehendak-Nya.  Jika ada seseorang dari sahabatnya menyampaikan hadis, aku akan memintanya bersumpah.  Jika dia mahu bersumpah kepadaku, aku akan membenarkannya.  Sesungguhnya Abu Bakar telah memberitahuku, dia menyatakan dia pernah mendengar Rasulullah bersabda, (Maksudnya): “Tidaklah seseorang melakukan sesuatu perbuatan dosa lalu dia bangun (bangkit) dan bersuci kemudian mengerjakan solat dan memohon ampunan kepada Allah, melainkan Allah akan memberikan ampunan kepadanya.  Kemudian beliau membaca ayat (Maksudnya), “Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui.” (Surah Ali Imran, 3: 135)”.” (Diriwayatkan oleh at-Timidzi dalam Kitab Solat, no. 406. Abu Daud, Kitab al-Witr, no. 1521.  Juga diriwayatkan oleh Ibnu Hibban di dalam Kitab Shahihnya, 2/389-390.  Dinilai Sahih oleh Sheikh al-Albani di dalam Kitab Shahih Sunan Abi Daud, 1/283)

    Menurut Sheikhul Islam Ibnu Taimiyah,
      “Solat taubat ini boleh dilakukan/dilaksanakan bila-bila masa sahaja, walaupun di dalam waktu-waktu yang dilarang mengerjakan solat, kerana taubat ini adalah wajib dilakukan dengan segera, dan pelakunya disunnahkan (dituntut) untuk mengerjakan (solat) dua rakaat.” (Fatawa Sheikhul Islam, 23/215)


    KESIMPULAN

    Maka, bagi mereka yang bertaubat atau ingin bertaubat, dianjurkan (disunnahkan) untuk melaksanakan sebagaimana yang ditunjukkan melalui hadis tersebut, iaitu dengan melakukan solat sunnah sebanyak dua rakaat dan kemudiannya memohon keampunan kepada Allah.

    Wallahu a’lam.


    :::: 6 Sya'ban 1431 ::::
    <>

    _______________________________
    Rujukan:

    1 – Ensiklopedi Solat Menurut al-Qur’an & Sunnah (Judul Asli: Sholaatul Mu’min Mafhuum wa Fadhaa’il wa Adab wa Anwaa’ wa Ahkam wa Kaifiyyah fii Dhau’il Kitab was Sunnah, oleh Sheikh Dr. Sa’id bin Ali bin Wahf al-Qahthani), Terbitan Pustaka Imam asy-Syafi’i.

    2 – Shahih Fiqih Sunnah (Judul Asli: Shahih fiqh as-Sunnah wa Adillatuhu wa Taudhih Mazahib al-A’immah, oleh Abu Malik Kamal bin as-Sayyid Salim), Terbitan Pustaka at-Tazkia.

    3 – Meneladani Shalat-Shalat Sunnah Rasulullah s.a.w. (Judul Asli: Bughyatul Mutathawwi’ fii Shalaatit Tathawwu’, oleh Sheikh Muhammad bin ‘Umar bin Salim Bazmul), Terbitan Pustaka Imam asy-Syafi’i.

    4 – Tafsir as-Sa’di (Judul Asli: Taisir al-Karim ar-Rahman fi Tafsir Kalam al-Mannan, oleh Sheikh Abdur Rahman bin Nashir as-Sa’di), Terbitan Pustaka Sahifa.

    [1]  Kafir’ Tidak Dengan Sendirinya Berarti Orang Yang Tidak Beragama Islam. Definisi qur’aniyyah dari kata ‘orang kafir’, bisa kita temukan di surat Al-Kahfi ayat 100 dan 101.
    Q.S. 18:100, “dan Kami tampakkan Jahannam pada hari itu kepada orang-orang kafir (Al-Kafiriin) dengan jelas.”
    Q.S. 18:101, “yaitu orang-orang yang matanya dalam keadaan tertutup dari ‘zikri’ (diterjemahkan di terjemahan qur’an bahasa Indonesia dengan kata ‘memperhatikan’) terhadap tanda-tanda kebesaran-Ku, dan adalah mereka tidak sanggup mendengar.”

    Dari dua ayat di atas, kita dapatkan definisi qur’aniyyah dari kata ‘kafir’. Al-Kafiriin, atau orang-orang kafir, adalah mereka yang matanya tertutup dari ‘zikri’ terhadap tanda-tanda kebesaran Allah, dan telinganya tidak sanggup mendengar.
    Jika demikian, mata dan telinga mana yang tertutup? Jawabannya bisa kita dapatkan pada Al-Qur’an surat Al-Hajj (22) ayat 46.

    Q.S. 22:46, “Maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai telinga yang dengan itu dapat mendengar? Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta ialah qalb-qalb mereka (quluubun) yang ada di dalam dada.”

    Dari definisi Qur’an tersebut, yang disebut ‘kafir’ bukanlah orang yang berbeda agama. Yang disebut kafir adalah mereka yang mata dan telinga qalb di dalam dadanya tidak berfungsi. Asal kata ‘kafir’ dan ‘kufur’ adalah ‘kafara’ yang artinya ‘tertutup’ (kata ini jkemudian diserap ke dalam bahasa Inggris menjadi ‘cover’ artinya penutup). ‘Kafir’ adalah mereka masih yang tertutup dari ‘Al-Haqq’ (kebenaran mutlak).

    Definisi kafir itu luas dan tidak dibincang disini dengan detail.
    ___________________________________

    Dipetik dengan sedikit tambahan pada nota kaki:

    http://al-qayyim.net/index.php?option=com_content&task=view&id=768&Itemid=75

    Shared by Bicara Hidayah

    MUKMIN SEJATI MESTI SABAR HADAPI UJIAN

    SUATU hari, tiba-tiba Allah سبحانا وتعاﱃ  menentukan turunnya bala ke atas diri dan keluarga kita.  Hati dan perasaan kita mencari dan bertanya, apakah salah dan dosa yang dilakukan? Mengapa begitu susah mententeramkan hati dengan berprasangka baik kepada Allah سبحانا وتعاﱃ ?  Kita berusaha memujuk diri dengan satu kefahaman bala dan ujian itu akan Allah سبحانا وتعاﱃ  balas dengan sesuatu yang lebih baik berbanding apa yang hilang di tangan anda.


    ALLAH SENTIASA MEMILIH YANG TERBAIK UNTUK KITA

    Allah سبحانا وتعاﱃ  sentiasa memilih yang terbaik untuk diri kita.  Adakah patut kita mendahului Allah سبحانا وتعاﱃ  dalam setiap pilihan-Nya?  Manusia berkata dalam hati: “Alangkah eloknya jika begini dan begini. “ Adakah manusia itu mengetahui seperti mana Allah سبحانا وتعاﱃ  Mengetahui? Yang sehelai daun gugur di serata bumi ini pun tidak akan gugur kecuali dengan pengetahuan-Nya?  Alangkah naif manusia jika ia merasa dirinya lebih tahu apa yang terbaik buat dipilih.


    DAKWAH - DOA BERI KEKUATAN PERTAHAN HIDAYAH

    MENUNTUT ilmu adalah suatu kefarduan kepada setiap individu Islam. Ini bertitik tolak daripada kepentingan ilmu dalam hidup manusia. Hal ini secara jelas dinyatakan dalam banyak ayat al-Quran mahupun hadis Rasulullah.


    KAITAN HIDAYAH DENGAN ILMU; DOA
      Petunjuk atau hidayah mempunyai kaitan rapat dengan ilmu dan doa dalam proses perjalanan seorang hamba mendapat reda daripada tuhannya. Dengan sebab itu hidayah tidak akan diperoleh begitu saja melainkan ia perlu diusahakan dan pada masa sama ia juga adalah anugerah Allah hanya akan diberikan kepada sesiapa dikehendaki-Nya saja. Abu Talib, bapa saudara Nabi Muhammad mengetahui Islam dibawa anak saudaranya bukan agama menyesatkan manusia, tetapi petunjuk Allah masih belum singgah meresap ke dalam hatinya untuk memeluk agama Islam. Lantaran itu beliau hanya bertindak mempertahankan Nabi Muhammad daripada ancaman bahaya golongan kafir Quraisy yang menyerang baginda sama ada dari sudut fizikal mahupun mental. Akhirnya Abu Talib meninggal dunia dalam keadaan masih berpegang dengan agama Abdul Mutalib. Memang benarlah firman Allah dalam al-Quran: 
      “Sesungguhnya engkau (Muhammad) tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang kamu kasih tetapi hanya Allah akan memberi petunjuk kepada sesiapa yang Dia kehendaki” (Surah Al-Qasas ayat 56) 
       

    HARTA, PANGKAT PENGUJI TAHAP KEIMANAN

    KITAB Sahih al-Bukhari, bab Ghazwah Hunain menyebutkan ketika Rasulullah صلیﷲ علیﻪ و سلم membahagi harta rampasan perang kepada orang Muhajirin sebanyak 100 ekor unta untuk setiap orang, ramai munafiqin yang bersuara: "Sungguh ini adalah pembahagian yang tidak adil."

    Timbul pula fitnah dan cakap-cakap keji di belakang Rasulullah صلیﷲ علیﻪ و سلم  yang dihembuskan orang munafik mengenai kedudukan kaum Muhajirin dan Ansar yang dibezakan, mengapa kaum Muhajirin (orang Makkah) yang baru memeluk Islam itu diberi keutamaan oleh Rasulullah صلیﷲ علیﻪ و سلم .
    Padahal, orang Ansar sudah banyak berkorban untuk kejayaan Islam berbanding mereka yang baru memeluk Islam.  Bahkan mereka mengatakan:
      "Sedangkan pedang kami masih berlumuran darah bagi membela Rasulullah صلیﷲ علیﻪ و سلم  ." Mereka mengungkitkan pembelaan tidak berbelah bagi kepada Rasulullah صلیﷲ علیﻪ و سلم .

    Angin perpecahan dan antiperpaduan cuba ditiupkan oleh mereka yang hatinya rosak. Isu berbaur perkauman itu lantas ditangkis dengan cekap melalui pandangan politik Rasulullah صلیﷲ علیﻪ و سلم yang tajam dengan kaedah tarbiah nubuwwah.

    Rasulullah صلیﷲ علیﻪ و سلم memanggil dan mengumpulkan kaum Ansar di Lembah Hunain lalu memberi mereka dua pilihan, apakah mereka memilih harta rampasan perang yang murah nilaiannya itu atau memilih untuk membawa pulang Rasulullah صلیﷲ علیﻪ و سلمdan Baginda menjadi harta milik mereka?