Wednesday, January 12, 2011

QALBUN SALIMUN (HATI YANG SEJAHTERA)

KALAU fikiran manusia ada di otak yang terletak di kepala, dimanakah letak hati manusia? Pada zaman dahulu para pakar Sumerian Asyirian berpendapat bahwa manusia berfikir dan merasa menggunakan organ hati (liver). Hal ini dibantah oleh Aristoteles yang menganggap manusia berfikir dan berperasaan dengan jantung (heart). Kedua pendapat tersebut mempunyai pengikut masing masing, penggunaan istilah liver berkembang didaerah selatan terutama Asia, dan heart berkembang di utara terutama Eropa. Namun didaerah selatan kini pengertian hati (liver) telah menjadi rancu, mereka mengatakan hatiku sangat sakit tapi yang diurut bagian dada (lokasi jantung).
Dalam Al Qur’an A Al Hajj 46 dengan jelas dinyatakan bahwa qalbu itu berada dirongga dada ( mungkin jantung?)

    ”Maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar? Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta, ialah hati yang di dalam dada.” (Al Hajj: 46)
Rasulullah mengatakan bahwa didada manusia ada segumpal darah, jika dia baik maka baiklah seluruh tubuh manusia itu jika dia buruk maka manusia itupun menjadi buruk pula.

Didalam hati (qolbu) manusia terdapat empat ruangan yaitu:

Yang diinginkan
  • Ingin senang, kaya, bahagia, sukses, aman , nyaman, nikmat, serba cukup, sehat, kuat.
Yang di takuti
  • Takut mati, miskin., susah, sengsara, melarat, hina, sakit, lemah.
Penyakit hati
  • Musyrik, kafir, dengki, hasud, dendam, ria, sombong, takabur, malas, khianat.
Kekuatan hati
  • Iman, Taqwa, Ikhlas, sabar, jujur, amanah, santun, syukur, ridha, pemaaf, pemurah, penyayang




    Empat ruang dalam hati yang mempengaruhi jalan hidup Manusia Dan tujuh tingkatan nafsu manusia menurut ajaran tasawuf.

    Manusia ingin bahagia, kaya, senang, sejahtera dan takut mati, miskin, sengsara ataupun melarat. Untuk mencapai yang diinginkan dan menjauh dari yang ditakuti manusia dirongrong oleh penyakit hati yang berupa kemusyrikan, kafir, sombong, dengki, ujub, takabur, ria sifat ini ditiupkan oleh syetan kedalam hati manusia.

    Jika sifat buruk yang ditiupkan syetan itu merajalela dalam hati dan hati mejadi busuk penuh penyakit maka manusia akan gagal mencapai yang diingini bahkan sebaliknya akan terjerumus kelembah yang ditakuti tersebut.

    Sebaliknya jika hati dipenuhi kekuatan Iman, taqwa, tawakkal sabar, iklas, jujur, amanah dan sifat lainnya yang mendapat ridha Allah niscaya ia akan menemui apa yang diinginkan yaitu bahagia, kaya, senang, aman sejahtera.

    Perhatikan do’a Nabi Ibrahim (Alahissalam) yang didalam Surah As Syu ‘ara, ayat 87-89:

      “dan janganlah Engkau hinakan aku pada hari mereka dibangkitkan,(yaitu) di hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna, kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang sejahtera ( Qalbun Salimun)"

    Nabi Ibrahim (Alaihissalam) memohon kepada Allah agar jangan dihinakan pada hari berbangkit, dihari yang tiada bermanfaat harta dan anak anak, pangkat dan jabatan, karib dan sanak famili, kecuali orang yang datang menghadapNya dengan hati yang sejahtera (Qalbun Salimun, Hati yang Bersih). Disini tergambar bahwa hati tetap memegang peranan penting sampai dihari berbangkit kelak, dikala bumi telah lenyap dan diganti dengan kehidupan lain diakhirat kelak.

    Orang yang hatinya busuk, kotor penuh penyakit juga akan merasakan akibat kekotoran hatinya itu kelak diakhirat, seperti digambarkan Allah dalam Surah Al Baqarah, ayat 10 dan An Naazi’aat, ayat 6-9:

      “Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta.” (Al Baqarah: 10)


      ”(Sesungguhnya kamu akan dibangkitkan) pada hari ketika tiupan pertama mengguncangkan alam, tiupan pertama itu diiringi oleh tiupan kedua. Hati manusia pada waktu itu sangat takut, pandangan tunduk.” (An Naazi’aat: 6-9)

    Dari beberapa keterangan diatas jelas bahwa hati tetap memegang peranan sampai dihari berbangkit kelak. Fungsi hati tidak berhenti dengan datangnya kematian. Ia tetap memegang peranan selama hidup didunia, setelah datang kematian, dialam barzakh, dihari berbangkit bahkan sampai hari berhisab kelak. Karena itu jagalah hati jangan sampai dipenuhi penyakit dan kebusukan yang akan mencelakakan kita didunia dan akhirat kelak. Bersihkan hati dari kotoran dan penyakit, tanamkan Iman, Taqwa, Tawakkal dan berbagai sifat baik lainnya didalam hati, hingga dapat dicapai berbagai kebaikan selama hidup didunia dan di akhirat kelak.


    ORANG YANG MEMPERTURUTKAN HAWA NAFSU
      Orang yang mengikuti nafsul amarah berusaha memenuhi keinginan rendahnya dengan berbagai cara. Ia sangat rakus terhadap kebutuham syahwat, harta, makan, pujian, dan lain sebagainya. Hidupnya hanya untuk mengabdi pada pemenuhan kebutuhan nafsunya. Ia tidak perduli dengan peraturan halal atau haram, baginya memenuhi semua kebutuhan hawa nafsu nya adalah segala galanya.
      Setan mendorongnya untuk memenuhi kebutuhan nafsunya dan memperlihatkan indah semua perbuatannya yang buruk. Mereka merasa mereka adalah orang yang benar dan mendapat petunjuk, setan telah menipu mereka, tapi mereka tidak menyadari. Firman Allah dalam Surah Az Zukhruf: ayat 36-37:
       
      “Barang siapa yang berpaling dari pengajaran Tuhan Yang Maha Pemurah (Al Qur’an), Kami adakan baginya setan (yang menyesatkan) maka setan itulah yang menjadi teman yang selalu menyertainya. Dan sesungguhnya setan-setan itu benar-benar menghalangi mereka dari jalan yang benar dan mereka menyangka bahwa mereka mendapat petunjuk.” ( Az Zukhruf: 36-37)

      Bagi manusia hanya ada dua pilihan, mengabdi pada kepentingan hawa nafsu atau mengabdi pada Allah. Orang yang mengabdi pada kepentingan hawa hawa nafsu dia akan lupa kepada Allah, sebaliknya orang yang mengabdi pada Allah harus rela mengalahkan kepentingan hawa nafsunya.

      Dua kepentingan yang berbeda ini tidak mungkin dijadikan satu. Seseorang tidak mungkin mengabdi kepada Allah sambil memuaskan kepentingan hawa nafsunya, kita harus memilih satu diantara dua, mengabdi pada Allah atau pada kepentingan hawa nafsu.

      Orang yang memperturutkan hawa nafsunya hatinya telah mati terkunci, dan tidak peduli dengan peringatan dan nasehat yang disampaikan padanya. Bagi mereka hal paling penting adalah memenuhi semua hasrat dan kebutuhan nafsunya.

      “Dan di antara mereka ada orang yang mendengarkan perkataanmu sehingga apabila mereka keluar dari sisimu mereka berkata kepada orang yang telah diberi ilmu pengetahuan (sahabat-sahabat Nabi): “Apakah yang dikatakannya tadi?” Mereka itulah orang-orang yang dikunci mati hati mereka oleh Allah dan mengikuti hawa nafsu mereka.” (Muhammad: 16)



    ORANG YANG MENGENDALIKAN DIRI
      Orang yang menginginkan kemuliaan bersama Allah berusaha mengendalikan dirinya dari memperturutkan keinginan hawa nafsu. Mereka menghadapkan hati dan fikirannya pada Allah, mereka berusaha patuh pada syari’at dan aturan yang telah ditetapkan Allah, mereka tidak memperturutkan keinginan hawa nafsunya. 

      “Kemudian Kami jadikan kamu berada di atas suatu syariat (peraturan) dari urusan (agama) itu, maka ikutilah syariat itu dan janganlah kamu ikuti hawa nafsu orang-orang yang tidak mengetahui.” (Al Jatsiyah: 18)


      Baginya Allah adalah segala galanya, ia tidak segan mengorbankan kepentingan hawa nafsunya untuk kepentingan di jalan Allah. Mereka rela mengorbankan kepentingan hawa nafsunya untuk mencari ridha Allah. Mereka itulah orang orang yang mendapat petunjuk dan kemenangan dunia dan akhirat.


    HATI YANG RUSAK, PENUH PENYAKIT DAN MATI
      Orang yang selalu memperturutkan keinginan hawa nafsunya hatinya akan menjadi rusak dan penuh penyakit. Jika tidak ada usaha untuk mengobati dan membersihkan nya dari penyakit akhirnya hati akan menjadi keras membatu dan akhirnya mati.

      “Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta.” (Al Baqarah: 10)

      ”Allah telah mengunci-mati hati dan pendengaran mereka, dan penglihatan mereka ditutup. Dan bagi mereka siksa yang amat berat.” (Al Baqarah: 7)

      “Mereka itulah orang-orang yang hati, pendengaran dan penglihatannya telah dikunci mati oleh Allah dan mereka itulah orang-orang yang lalai.” (An Nahl: 108)

      Orang yang hatinya telah rusak dan mati, hidup dalam kegelapan dan kekalutan. Hatinya sulit untuk menerima hidayah dan petunjuk Allah, hatinya tertutup tidak mampu menerima kebenaran. Seluruh hidupnya hanya untuk mengabdi pada setan dan memperturutkan hawa nafsu. Dia berada dalam kekuasaan setan laknatullah. Diakhirat kelak ia berada dalam penderitaan abadi selama lamannya dalam neraka jahannam.


    HATI YANG BERSIH DAN JERNIH
      Orang yang mampu mengendalikan diri dari mengikuti bisikan setan dan memperturutkan keinginan hawa nafsu, serta mampu membersihkan hatinya dari sifat sifat tercela. Banyak ingat dan kembali pada Allah serta mohon ampun atas segala dosa dan kesalahannya. Hatinya menjadi bersih dan jernih, bersinar dengan cahaya ilahi. Itulah hati Qolbun salim yang dimaksud Nabi Ibrahim dalam do’anya yang disebutkan dalam surat Asy Syuara, ayat 87-89:

      ”Dan janganlah Engkau hinakan aku pada hari mereka dibangkitkan, (yaitu) di hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna, kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih”

      Hati yang bersih dan jernih memberi rasa nyaman sepanjang masa baik di dunia maupun di akhirat. Bebas dari rasa cemas dan takut sebagai disebutkan dalam Surah Yunus, ayat 62:

      “Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.”


    MERAWAT DAN MEMELIHARA HATI

      Kita menyadari bahwa hati merupakan unsur paling penting dalam kehidupan kita yang tetap berfungsi sampai akhir zaman. Karena itu kita harus merawat dan memeliharanya dengan baik agar tidak rusak dan dipenuhi penyakit yang dapat menyengsarakan kita selama lamanya.

      Hati yang bersih dan jernih adalah hati yang selalu ingat pada Allah, setiap saat melakukan komunikasi dengan Allah, sehingga selalu berada dalam bimbingan dan hidayah-Nya. Matanya dibimbing oleh hatinya untuk selalu memandang kebesaran Allah, telinganya dituntun oleh hatinya untuk selalu mendengar kan nasihat dan ayat ayat Allah. Hatinya selalu terbuka untuk menerima nasihat dan ajaran kebaikan.

      Beberapa cara untuk menjaga dan merawat hati agar tetap bersih dan jernih antara lain:

      1. Selalu ingat pada Allah dimanapun berada
      2. Selalu memuji kebesaranNya
      3. Selalu bersyukur atas nikmat yang telah diberikan Allah
      4. Selalu bertasbih mensucikanNya
      5. Selalu mohon ampun atas kekhilafan dan dosa yang dilakukan
      6. Selalu mohon perlindunganNya dari godaaan Syetan dan tipu daya dunia yang melalaikan
      7. Selalu mohon bimbingan dan tutunan Allah dalam menjalani kehidupan ini
      8. Selalu membaca atau mendengarkan ayat suci Al -Qur’an dan mentadabburinya setiap hari
      9. Melatih hati untuk bersifat Taqwa, tawakkal, sabar, ikhlas, jujur, amanah,ridho,kasih sayang menahan amarah, menahan nafsu dari keinginan rendah dan lain sebagainya
      10. Bersihkan hati dari penyakit Kafir, musyrik, sombong, takabbur, riya, dengki, dendam, khianat, kikir,loba dan tamak, memperturutkan hawa nafsu dan lain sebagainya.

    TUJUH TINGKAT NAFSU MENURUT AHLI TASAWUF
      Selama menjalani kehidupan didunia hati manusia akan mengalami perubahan dari keadaan keruh menjadi jernih melalui tujuh tingkat nafsu.
      Para ahli tasawuf membagi nafsu manusia menjadi tujuh tingkatan, yaitu

      1. Nafsul Amarah, ini adalah tingkatan yang paling rendah. Nafsul amarah cenderung mendorong manusia untuk melakukan perbuatan keji dan rendah. Keberadaan nafsu ini disebutkan dalam Surah Yusuf, ayat 53:

      “Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” ( Yusuf: 53)

      Sifat orang yang mempunyai nafsul amarah antara lain mudah marah, sombong, takabbur, tamak, kikir, dengki dan hasad, sering memperturutkan keinginan syahwat secara berlebihan.


      2. Nafsul Lawwamah, tingkat yang lebih tinggi adalah nafsul lawwamah. Nafsu ini sering mengkritik dan menyesali tindakan yang tidak patut yang dilakukan atas dorongan nafsul lawwamah. Keberadaan nafsu ini disebutkan dalam Surah Al Qiyamah ayat 2:

      ”Dan aku bersumpah dengan jiwa yang amat menyesali (dirinya sendiri)” (Al Qiyamah: 2)

      Pada tingkatan ini seseorang akan menyesali perbuatan buruknya, dia sering merenung dan mengkritik semua perbuatannya yang keliru. Selanjutnya dia berusaha agar perbuatan buruk yang telah dilakukan tidak terulang lagi.


      3. Nafsul Mulhammah, tingkat nafsu yang ketiga adalah nafsul mulhammah. Keberadaannya disebutkan dalam Surah Asy Syam ayat 7-10:

      “Dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya), maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya, sesungguhnya beruntunglah orang yang menyucikan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.” (Asy-Syam: 7-10)

      Orang yang telah mencapai tingkatan ini telah mampu mengendalikan dirinya dari keingainan nafsu yang rendah. Ia bisa membedakan yang hak dan batil. Ia selalu menjaga dirinya dari melakukan perbuatan tercela dan selalu berusaha untuk meningkatkan iman dan taqwanya. Berusaha mengerjakan amal soleh sebanyak banyaknya.


      4. Nafsul Muthmainnah, tingkat nafsu yang kempat adalah nafsul Muthmainnah, keberadaan nafsu ini disebutkan dalam Surah Al Fajr 27-30:

      “Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridai-Nya. Maka masuklah ke dalam jemaah hamba-hamba-Ku, dan masuklah ke dalam surga-Ku.”

      Orang yang telah mencapai tingkat ini jiwanya jadi tenang, penuh rasa tawakkal, ridho dengan semua ketetapan Allah, tidak disentuh rasa duka, sedih dan cemas.


      5. Nafsul Radhiah, orang yang mencapai tingkat ini selalu merasa puas dengan apa yang diterimanya dari Allah. Bagi mereka sama saja kejadian baik maupun buruk yang menimpanya. Hatinya tidak terpengaruh oleh kehidupan dunia. Mereka selalu kembali pada Allah dan ridho dengan semua keputusannya.


      6. Nafsul Mardhiyah, Tingkat ini lebih tinggi daripada Nafsul Radhiyah. Ia adalah orang yang sangat dekat dan dicintai Allah. Merekalah yang dimaksud oleh salah satu hadist Qudsi:


      Semua langkah dan perbuatannya dilakukan atas bimbingan dan petunjuk Allah, seperti apa yang telah dilakukan Nabi Khidir dan tidak dipahami oleh Nabi Musa.

      Dia tidak bertindak dengan kemauan sendiri, melainkan dengan bimbingan dan kehendak Allah.


      7. Nafsul Kamilah, ini adalah tingkatan para Nabi dan Rasul, manusia suci dan sempurna, yang selalu berada dalam pengawasan dan bimbinganNya. Terpelihara dari perbuatan yang tercela.

    Untuk meraih tingkatan nafsu dari level rendah sampai yang tinggi seperti tersebut diatas diperlukan perjuangan yang gigih dan ulet. Tidak bisa didapat dengan santai tanpa usaha yang maksimal. Untuk naik dari satu tingkat ketingkat yang lebih tinggi dibutuhkan waktu yang cukup lama sampai bertahun tahun.

    Insya Allah dengan hati yang bersih dan jernih kita bisa meraih kemenangan dunia dan akhirat. Menjalani hidup berbahagia didunia dan akhirat, tidak ditimpa kesedihan dan duka yang berlarut larut. Kelak ditempatkan Allah di taman syurga yang abadi dan hidup kekal selamanya disana.



    :::: 10 Rajab 1431 ::::
    [Semua Gambar Adalah Hiasan]



    _________________________
    Dipetik Dengan Suntingan:
    Pondok Tadabbur

    TAJUK ASAL: KEKUATAN HATI ( QOLBU )
    http://www.fadhilza.com/2008/03/tadabbur/kekuatan-hati-qolbu.html#more-26

    Shared by Bicara Hidayah