DALAM usaha ke arah taqwa, orang Mukmin digalakkan berkorban pada jalan الله atau disebut Infak fisabilillah. Maksud Infak fisabilillah atau berkorban pada jalan الله mengikut pengertian syariat ialah berbelanja apa yang ada ke jalan yang diredhai oleh الله atau berkorban berhabis-habisan apa yang ada, sama ada harta, wang, tenaga, masa, fikiran hatta nyawa sekalipun semata-mata untuk الله.
Berkorban atau berbelanja pada jalan الله ertinya terpaksa kurangkan harta atau susutkan harta, kurang wang, kurang masa untuk dirinya berehat atau langsung tidak rehat, kurang dapat kasih sayang atau langsung tidak dapat kasih sayang dan bermanja dengan isteri-isteri, suami, anak-anak dan keluarga.
Rumah yang besar jadi kecil atau langsung tidak ada rumah. Yang bisa dapat kasih sayang, sudah tidak dapat lagi. Terpaksa tinggalkan anak-anak, isteri-isteri, suami, ibu ayah, saudara-mara, sahabat-handai, kampung halaman, harta, rumah tangga, tinggal jawatan, kedudukan, ijazah, menara gading dan tinggal segala -galanya kerana diuntukkan segala-galanya tadi buat mencari keredhaan الله.
Monday, April 11, 2011
APAKAH SEBENARNYA ‘TAQWA’?
TAQWA bukan setakat melaksanakan perintah dan meninggalkan larangan الله. Bukan setakat menunai ketaatan dan menjauhkan kemaksiatan. Bukan juga setakat meninggalkan apa yang haram dan menunaikan apa yang fardhu. Bukan setakat menjauhkan yang syirik dengan beramal dan taat kepada الله. Bukan setakat menjauhkan diri dari segala apa yang akan menjauhkan diri kita daripada الله. Bukan setakat menghadkan diri kepada yang halal sahaja dan bukan setakat beramal untuk menjuruskan ketaatan kepada الله semata-mata.
Bila disebut TAQWA, kebanyakkan dari kita memahaminya sebagai takutkan الله. Takut kepada الله hanyalah satu daripada sifat mahmudah yang terangkum dalam sifat TAQWA tetapi ia bukan TAQWA. Takut dalam bahasa Arab ialah khauf atau khasya.
TAQWA berasal dari perkataan waqa–yaqi–wiqoyah yang ertinya memelihara. Hujahnya ialah ayat الْقُرْآنَ seperti berikut:
Bila disebut TAQWA, kebanyakkan dari kita memahaminya sebagai takutkan الله. Takut kepada الله hanyalah satu daripada sifat mahmudah yang terangkum dalam sifat TAQWA tetapi ia bukan TAQWA. Takut dalam bahasa Arab ialah khauf atau khasya.
TAQWA berasal dari perkataan waqa–yaqi–wiqoyah yang ertinya memelihara. Hujahnya ialah ayat الْقُرْآنَ seperti berikut:
Maksudnya: “Wahai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu memelihara diri kamu dan keluarga kamu dari api Neraka.” (At Tahrim: 6)
GANASNYA SYIRIK!
SYIRIK merupakan dosa paling besar, kezaliman yang paling zalim, dosa yang tidak akan diampuni الله, dan pelakunya diharamkan masuk surga serta seluruh amal yang pernah dilakukannya selama di dunia akan hangus dan sia-sia. Oleh sebab itu mengenal hakikat SYIRIK dan bahayanya adalah perkara yang sangat penting.
الله ta’ala berfirman yang artinya,
الله ta’ala berfirman yang artinya,
- “Wahai umat manusia, sembahlah (الله) Rabb yang telah menciptakan kalian dan orang-orang sebelum kalian agar kalian bertakwa. Dia itu lah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagi kalian dan langit sebagai atap dan Dia pula yang telah menurunkan air hujan dari langit sehingga mampu mengeluarkan berbagai buah-buahan sebagai rezki untuk kalian maka janganlah kalian menjadikan sekutu-sekutu bagi الله sedangkan kalian mengetahui.” (Al Baqarah : 21-22)
MERAIH DERAJAT IHSAN
DERAJAT IHSAN merupakan tingkatan tertinggi keislaman seorang hamba. Tidak semua orang bisa meraih derajat yang mulia ini. Hanya hamba-hamba الله yang khusus saja yang bisa mencapai derajat mulia ini. Oleh karena itu, merupakan keutamaan tersendiri bagi hamba yang mampu meraihnya. Semoga الله ‘Azza wa Jalla menjadikan kita termasuk di dalamnya.
Suatu ketika Malaikat Jibril عليه السلام datang di majelis Rasulullah صلی الله علیﻪ و سلم dan para sahabatnya dalam rupa manusia, kemudian menanyakan kepada Rasulullah صلی الله علیﻪ و سلم beberapa pertanyaan. Di antara pertanyaannya adalah tentang makna Islam, Iman, dan IHSAN. Kemudian Rasulullah صلی الله علیﻪ و سلم menjawabnya dan dibenarkan oleh Jibril. Berdasarkan hadist ini [1], para ulama membagi agama Islam menjadi tiga tingkatan yaitu islam, iman, dan IHSAN.
MENJEMPUT BAHAGIA DENGAN TAKWA
TAKWA, singkat namun sarat makna. Betapa sering para khatib menyerukan kepada jama’ah sholat Jum’at setiap pekannya untuk melakukannya. TAKWA, tak hanya mengingatkan kita tentang apa yang seharusnya kita tinggalkan demi mengharapkan ridha-NYA dan karena takut hukuman-NYA. Namun TAKWA juga mengingatkan kita akan kehidupan yang akan dialami manusia setelah kematiannya. Kehidupan yang penuh tanda tanya. Sebab saat ini tidak ada di antara kita yang bisa memastikan akan kemanakah dirinya; ke surga ataukah ke neraka? Sebuah pertanyaan besar yang tersimpan jawabnya di dalam suratan takdir di sisi-NYA.
Saudaraku, menentukan jalan hidup adalah perkara besar yang membuat banyak orang kelimpungan (bingung) dan tak tahu harus ke mana dia melangkah. Padahal, ilham kepada jiwa tak lepas dari dua pilihan fujur (dosa) atau TAKWA. Sebagaimana yang ALLAH تعاﱃ nyatakan dalam ayat (artinya),
- “Maka ALLAH mengilhamkan kepadanya jalan kefajiran dan ketakwaannya.” (asy-Syams [91] : 8)
JALAN YANG LURUS
SEGALA puji bagi ﷲ yang telah menunjukkan JALAN YANG LURUS dan mengangkat hamba terkasih-NYA sebagai pemandu menuju-NYA. Salawat dan salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad صلیﷲ علیﻪ و سلم sebaik-baik Nabi dan Utusan, dan juga bagi para sahabat serta pengikutnya yang setia hingga akhir zaman. Amma ba’du.
Ayat-ayat الْقُرْآنَ yang begitu indah dan menakjubkan, memberikan kepada kita gambaran yang jelas mengenai karakter dan hakikat JALAN YANG LURUS. Jalan yang setiap hari kita mohon kepada ﷲ untuk ditunjuki kepadanya. Jalan yang akan menghantarkan penempuhnya menuju syurga dan kebahagiaan, serta melemparkan orang yang melenceng (BM: menukar arah dengan tiba2. Eng: swerve) darinya menuju neraka dan kesengsaraan
Ayat-ayat الْقُرْآنَ yang begitu indah dan menakjubkan, memberikan kepada kita gambaran yang jelas mengenai karakter dan hakikat JALAN YANG LURUS. Jalan yang setiap hari kita mohon kepada ﷲ untuk ditunjuki kepadanya. Jalan yang akan menghantarkan penempuhnya menuju syurga dan kebahagiaan, serta melemparkan orang yang melenceng (BM: menukar arah dengan tiba2. Eng: swerve) darinya menuju neraka dan kesengsaraan
ﷲ تعاﱃ berfirman (yang artinya),
- “Yaitu jalannya orang-orang yang Engkau beri nikmat atas mereka, bukan jalan orang-orang yang dimurkai dan bukan pula jalan orang-orang yang tersesat.” ( al-Fatihah: 7)
Syaikh as-Sa’di rahimahullah menerangkan bahwa hakikat JALAN YANG LURUS itu akan diperoleh dengan cara mengenali kebenaran dan mengamalkannya (lihat Taisir al-Karim ar-Rahman, hal. 39).
Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah berkata,
- “Dengan ucapan anda ‘Ihdinash shirathal mustaqim’ itu artinya anda telah meminta kepada الله تعاﱃ ilmu yang bermanfaat dan amal yang saleh.” (Tafsir Juz ‘Amma, hal. 12)
- “Maka orang yang diberi nikmat atas mereka yaitu orang yang berilmu sekaligus beramal. Adapun orang-orang yang dimurkai yaitu orang-orang yang berilmu namun tidak beramal. Sedangkan orang-orang yang tersesat ialah orang-orang yang beramal tanpa landasan ilmu.” (Tsamrat al-’Ilmi al-’Amalu, hal. 14)
AKU INGIN BERTAUBAT, TETAPI …
“Aku ingin bertaubat hanya saja dosaku terlalu banyak. Aku pernah terjerumus dalam zina. Sampai-sampai aku pun hamil dan sengaja membunuh jiwa dalam kandungan. Aku ingin berubah dan bertaubat. Mungkinkah ﷲ mengampuni dosa-dosaku?!”
Sebagai nasehat dan semoga tidak membuat kita berputus dari rahmat ﷲ, cobalah kita lihat sebuah kisah yang pernah disebutkan oleh Nabi berikut ini. Semoga kita bisa mengambil pelajaran-pelajaran berharga di dalamnya.
Kisah ini diriwayatkan dari Abu Sa’id Sa’ad bin Malik bin Sinaan Al Khudri رضي الله عنه , sesungguhnya Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda (artinya),
- “Dahulu pada masa sebelum kalian ada seseorang yang pernah membunuh 99 jiwa. Lalu ia bertanya tentang keberadaan orang-orang yang paling alim di muka bumi. Namun ia ditunjuki pada seorang rahib. Lantas ia pun mendatanginya dan berkata, ”Jika seseorang telah membunuh 99 jiwa, apakah taubatnya diterima?” Rahib pun menjawabnya, ”Orang seperti itu tidak diterima taubatnya.” Lalu orang tersebut membunuh rahib itu dan genaplah 100 jiwa yang telah ia renggut nyawanya. Kemudian ia kembali lagi bertanya tentang keberadaan orang yang paling alim di muka bumi. Ia pun ditunjuki kepada seorang ‘alim. Lantas ia bertanya pada ‘alim tersebut, ”Jika seseorang telah membunuh 100 jiwa, apakah taubatnya masih diterima?” Orang alim itu pun menjawab, ”Ya masih diterima. Dan siapakah yang akan menghalangi antara dirinya dengan taubat? Beranjaklah dari tempat ini dan ke tempat yang jauh di sana karena di sana terdapat sekelompok manusia yang menyembah سبحانا وتعاﱃ ﷲ, maka sembahlah ﷲ bersama mereka. Dan janganlah kamu kembali ke tempatmu(yang dulu) karena tempat tersebut adalah tempat yang amat jelek.” Laki-laki ini pun pergi (menuju tempat yang ditunjukkan oleh orang alim tersebut). Ketika sampai di tengah perjalanan, maut pun menjemputnya. Akhirnya, terjadilah perselisihan antara malaikat rahmat dan malaikat adzab. Malaikat rahmat berkata, ”Orang ini datang dalam keadaan bertaubat dengan menghadapkan hatinya kepada ﷲ”. Namun malaikat adzab berkata, ”Orang ini belum pernah melakukan kebaikan sedikit pun”. Lalu datanglah malaikat lain dalam bentuk manusia, mereka pun sepakat untuk menjadikan malaikat ini sebagai pemutus perselisihan mereka. Malaikat ini berkata, ”Ukurlah jarak kedua tempat tersebut (jarak antara tempat jelek yang dia tinggalkan dengan tempat yang baik yang ia tuju -pen). Jika jaraknya dekat, maka ia yang berhak atas orang ini.” Lalu mereka pun mengukur jarak kedua tempat tersebut dan mereka dapatkan bahwa orang ini lebih dekat dengan tempat yang ia tuju. Akhirnya,ruhnya pun dicabut oleh malaikat rahmat.” [1]
Monday, March 14, 2011
HIDAYAH MILIK ﷲ
PEMBACA yang semoga dirahmati ﷲ تعاﱃ, mungkin kita sering berfikir, sudah banyak sekali cara kita untuk menyadarkan seseorang yang kita cintai, untuk merubah sifat seseorang yang sangat disayangi. Akan tetapi, segala cara dan upaya kita, ternyata tidak mampu untuk merubahnya menjadi seseorang yang baik. Sebenarnya apa yang salah dengan upaya kita, bagaimanakah caranya agar kita dapat merubah seseorang?
Mengenai hal ini, perlu kita ketahui, HIDAYAH atau petunjuk hanyalah milik ﷲ, bagaimana pun upaya kita untuk merubah seseorang, bagaimana pun kerja keras kita untuk menyadarkan seseorang, maka itu tidak ada artinya jika ﷲ tidak menghendaki HIDAYAH kepadanya, orang tersebut tidak akan berubah sampai ﷲ memberikannya HIDAYAH. ﷲ berfirman yang artinya:
- “Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Alloh memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-NYA, dan ﷲ lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk.” (Al Qashash: 56)
- “ﷲ mengetahui siapa saja dari hambanya yang layak mendapatkan HIDAYAH, dan siapa saja yang tidak pantas mendapatkannya.”
Monday, February 14, 2011
WASPADA PINTU MASUK SYAITAN
SESUNGGUHNYA setiap detik dari hidup kita, setiap hembusan nafas, setiap fikiran yang yang tersirat, setiap amal perbuatan yang kita kerjakan, tidak akan pernah lepas dari upaya syaitan untuk menggoda, menyesatkan, menyelewengkan dari tujuan yang benar dan menggiring kepada dosa dan maksiat. Kita mungkin tidak menyadari dan memang tanpa kita sadari, syaitan terus berupaya menenggelamkan, menghanyutkan kita agar semakin jauh dari jalan yang benar, meninggalkan ketaatan secara perlahan dan halus, tanpa terasa oleh kita. Dan itulah tugas utama syaitan dan iblis, sebagai mana ia telah terusir dari syurga dan terjauhkan dari rahmat ALLAH maka diapun ingin menjauhkan manusia dari dari rahmat ALLAH dan kemudian sesat bersamanya. Begitulah ungkapan syaitan ketika mendapatkan laknat ALLAH. ALLAH berfirman (artinya):
- "Maka keluarlah kamu dari syurga; sesungguhnya kamu adalah makhluk yang terkutuk, Sesungguhnya kutukan-Ku tetap atasmu sampai hari pembalasan." Iblis berkata: "Ya Tuhanku, berilah penangguhan kepadaku sampai hari mereka dibangkitkan." ALLAH berfirman: "Sesungguhnya kamu termasuk yang diberi penangguhan, sampai kepada hari yang telah ditentukan waktunya (hari Kiamat)." Iblis menjawab: "Demi kekuasaan Engkau aku akan menyesatkan mereka semuanya, kecuali hamba-hamba-Mu yang mukhlis di antara mereka. ( Shad: 77-83)
Di antara pintu-pintu dan metode syaitan menyesatkan manusia yang perlu kita waspadai adalah:
Sunday, February 13, 2011
IBAD-UR-RAHMAN
SEGALA puji bagi ALLAH, sholawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Rosululloh. Amma ba’du.
Pembaca yang budiman, sesungguhnya ALLAH memiliki hamba-hamba yang mulia di atas muka bumi ini. Jasad-jasad mereka ada di dunia akan tetapi cita-cita hati mereka tergantung di akhirat. Merekalah Ibad-ur-Rahman. Di dalam Al Quran ALLAH memuji mereka, menerangkan ciri-cirinya agar orang-orang pun merasa tertarik dan bersemangat untuk meniru kebaikan mereka.
MENCARI PENAWAR DUKA, PENGUBAT SENGSARA
APABILA insan terjatuh dalam ujian hidup; kesusahan, keperitan, kezaliman, keresahan, kesedihan dan segala rupa paras penderitaan, insan akan bertanya, apakah penawarnya? Di manakah jalan keluar dari segala kegelapan ini? Bagaimana mungkin dapat aku buang derita yang bersarang dalam jiwa dan peristiwa? Dapatkah aku keluar dari kemelut ini?
Persoalannya, bagaimanakah caranya agar Allah Yang Agung melimpahkan rahmatNya lalu menurunkan pertolonganNya. Ya, memang insan disuruh berdoa dan merintih kepadaNya. Namun apakah caranya agar mustajab lalu Allah membawanya keluar dari daerah duka kepada daerah sejahtera atau bahagia? Apakah ungkapan yang meredhakan Tuhan al-Rahman yang menjadikanNya dengan pantas mendengar rintihan insan?
Sebahagian ujian itu, jika diukur dengan akal insani, seakan tiada lagi baginya jalan keluar. Warna kegelapan kadang-kala merangkumi segala penjuru, hanya Allah sahaja yang mampu mengeluarkan insan dari keadaan yang sedemikian. Kadang-kala pula insan terpaksa berhadapan dengan realiti yang amat pahit, tidak mampu ditolak oleh dirinya yang kerdil. Namun, insan yang beriman yakin bahawa Allah Yang Maha Berkuasa boleh menukar segala keadaan. Menggantikannya dengan lebih baik yang tidak disangka. Memindahkan duka kepada bahagia dalam pelbagai rupa dan warna.
Persoalannya, bagaimanakah caranya agar Allah Yang Agung melimpahkan rahmatNya lalu menurunkan pertolonganNya. Ya, memang insan disuruh berdoa dan merintih kepadaNya. Namun apakah caranya agar mustajab lalu Allah membawanya keluar dari daerah duka kepada daerah sejahtera atau bahagia? Apakah ungkapan yang meredhakan Tuhan al-Rahman yang menjadikanNya dengan pantas mendengar rintihan insan?
KEMURNIAN JIWA
KEHIDUPAN senantiasa diwarnai dengan cobaan. Orang yang memandang dengan mata HATI yang jernih dan bimbingan cahaya al-Qur’an akan bisa menyaksikan betapa hebat ujian dan cobaan yang datang dan pergi silih berganti. Fitnah datang bertubi-tubi. Sehingga hal itu membuat sebagian orang terhempas oleh ombak fitnah yang dia alami. Namun, di sisi lain ada pula orang yang tetap tegar menghadapi terpaan gelombang fitnah ini dengan taufik dari ALLAH سبحانا وتعاﱃ kepada dirinya. Inilah sunnatullah di jagad raya yang akan memisahkan barisan hamba-hamba yang berbahagia dengan hamba-hamba yang binasa.
ALLAH سبحانا وتعاﱃ berfirman di dalam kitab-NYA yang mulia,
- “Sungguh berbahagia orang yang menyucikan jiwanya dan sungguh merugi orang yang justru mengotorinya.” (Asy Syams: 9-10)
ALLAH lah yang telah menciptakan jiwa dengan segenap tabiat dan perangainya. Dan ALLAH pula yang mengilhamkan kepadanya potensi untuk bertakwa dan potensi untuk berbuat dosa. Maka barang siapa yang memilih ketaatan kepada ALLAH dan Rasul-NYA صلیﷲ علیﻪ و سلم serta menjunjung tinggi hal itu di atas segala-galanya maka sungguh dia telah menyucikan jiwanya dan membersihkannya dari akhlak-akhlak yang rendah dan tercela. Dan orang yang menyucikan jiwanya itu berarti akan merasakan kebahagiaan hakiki di dunia dan di akhiratnya, semoga ALLAH memasukkan kita ke dalam golongan ini. Sebaliknya, barang siapa yang justru memperturutkan kemauan hawa nafsunya tanpa mematuhi rambu-rambu syariat yang ditetapkan oleh ALLAH yang Maha bijaksana, maka sesungguhnya dia telah mengotori jiwanya. Dan jelas sudah bagi kita bahwa orang yang mengotori jiwanya akan merasakan kerugian dan kesempitan hidup di dunia maupun akhiratnya.
HAKIKAT KESOMBONGAN
SALAH satu tujuan diutusnya Rasulullah صلى الله عليه وسلم adalah untuk memperbaiki akhlak manusia. Nabi صلى الله عليه وسلم bersabda,
- إِنَّمَا بُعِثْتُ لِأُتَمِّمَ صَالِحَ الْأَخْلَاقِ
- “Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlaq yang baik.” (HR. Ahmad 2/381. Syaikh Syu’aib Al Arnauth menyatakan bahwa hadits ini shahih)
Islam adalah agama yang mengajarkan akhlak yang luhur dan mulia. Oleh karena itu, banyak dalil الْقُرْآنَ dan as Sunnah yang memerintahkan kita untuk memiliki akhlak yang mulia dan menjauhi akhlak yang tercela. Demikian pula banyak dalil yang menunjukkan pujian bagi pemilik akhlak baik dan celaan bagi pemilik akhlak yang buruk. Salah satu akhlak buruk yang harus dihindari oleh setiap muslim adalah sikap SOMBONG.
SEPERTI HATI BURUNG
DARI Abu Hurairah رضي الله عنه, dari Nabi صلیﷲ علیﻪ و سلم, beliau bersabda,
- “Akan masuk surga suatu kaum, HATI mereka seperti HATI burung. ” (HR. Muslim)
Lantas seperti apa HATI burung? Hal ini dijelaskan oleh hadits dari sahabat Umar Bin Khatab رضي الله عنه, bahwasannya beliau mendengar Rasulullah صلیﷲ علیﻪ و سلم bersabda,
- “Andaikan kalian tawakal kepada ALLAH dengan sebenarnya, niscaya ALLAH akan memberi rezki kepada kalian seperti memberi rezki kepada burung. Mereka pergi pagi hari dengan perut kosong dan pulang sore hari dengan perut kenyang” (Shahih Tirmidzi, Beliau berkata, ‘hadits hasan sohih')
HATI YANG TERBAIK
SAIDINA ‘Ali radhiallahu ‘anhu berwasiat kepada muridnya, Kumail bin Ziyad,
- “Wahai Kumail bin Ziyad. HATI manusia itu bagaikan bejana (wadah). Oleh karena itu, HATI yang terbaik adalah HATI yang paling banyak memuat ilmu. Camkanlah baik-baik apa yang akan kusampaikan kepadamu. Manusia itu terdiri dari 3 kategori, seorang yang berilmu dan mengajarkan ilmunya. Seorang yang terus mau belajar, dan orang inilah yang berada di atas jalan keselamatan. Orang yang tidak berguna dan gembel (selekeh, buruk, keji), dialah seorang yang mengikuti setiap orang yang bersuara. Oleh karenanya, dia adalah seorang yang tidak punya pendirian karena senantiasa mengikuti kemana arah angin bertiup. Kehidupannya tidak dinaungi oleh cahaya ilmu dan tidak berada pada posisi yang kuat.” (Hilyah al-Auliya 1/70-80)
Saturday, February 5, 2011
BAGAIMANA MERAIH ILMU YANG BERMANFAAT?
Those truly fear Allah, among His Servants, who have knowledge: for Allah is Exalted in Might, Oft-Forgiving. (Translation by: Yusuf Ali)
Sesungguhnya yang memiliki rasa takut kepada Allah diantara hamba-hamba-Nya hanyalah orang-orang yang berilmu (tentang agama Allah). Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun [Fathir: 35: 28]
MERUPAKAN hal yang sudah diketahui oleh kebanyakan kaum muslimin, terlebih lagi oleh para penuntut ilmu agama, keutamaan besar yang ALLAH sediakan bagi orang-orang yang mempelajari ilmu agama. Keutamaan tersebut disebutkan dalam banyak ayat الْقُرْآنَ dan hadits Rasulullah صلیﷲ علیﻪ و سل, serta keterangan dari para ulama salaf, sampai-sampai Imam Ibnul Qayyim dalam juz pertama dari kitab beliau “Miftahu Daaris Sa’adah” memuat pembahasan khusus tentang keutamaan dan kemuliaan mempelajari ilmu agama, dalam bab yang berjudul: Keutamaan dan kemuliaan (mempelajari) ilmu (agama), penjelasan tentang besarnya kebutuhan untuk (mempelajari) ilmu ini, serta tergantungnya kesempurnaan (iman) dan keselamatan seorang hamba di dunia dan akhirat kepada ilmu (agama) ini.
Dalam bab tersebut Ibnul Qayyim menyebutkan lebih dari seratus lima puluh segi keutamaan ilmu, berdasarkan dalil-dalil dari الْقُرْآنَ dan Sunnah Rasulullah صلیﷲ علیﻪ و سل serta keterangan para ulama salaf rahimahumullah, sehingga pembahasan tentang keutamaan ilmu yang beliau sebutkan dalam kitab tersebut adalah pembahasan yang sangat lengkap dan menyeluruh, yang mungkin tidak kita dapati di kitab-kitab para ulama lainnya.
Namun sayangnya, kebanyakan dari kita – termasuk para penuntut ilmu sendiri – sering lalai dan kurang menyadari bahwa ilmu yang dimaksud dalam ayat-ayat الْقُرْآنَ dan hadits-hadits Nabi صلیﷲ علیﻪ و سل tersebut bukanlah sekedar teori belaka, yang hanya terlihat dalam bentuk hapalan yang kuat, atau kemampuan yang mengagumkan dalam berceramah dan menyampaikan materi kajian, atau gelar dan titel yang disandang, tanpa adanya wujud nyata dan pengaruh dari kemanfaatan ilmu tersebut bagi orang yang mempelajarinya.
SYUKUR DIKALA MERAIH SUKSES
DIKALA impian belum terwujud, kita selalu banyak memohon dan terus berSABAR menantinya. Namun di kala impian sukses tercapai, kadang kita malah lupa daratan dan melupakan Yang Di Atas yang telah memberikan berbagai kenikmatan. Oleh karenanya, apa kiat (tips, secret) ketika kita telah mencapai hasil yang kita idam-idamkan? Itulah yang sedikit akan kami kupas dalam tulisan sederhana ini.
AKUI SETIAP NIKMAT BERASAL DARI-NYA
Inilah yang harus diakui oleh setiap orang yang mendapatkan nikmat. Nikmat adalah segala apa yang diinginkan dan dicari-cari. Nikmat ini harus diakui bahwa semuanya berasal dari ALLAH Ta’ala dan jangan berlaku angkuh dengan menyatakan ini berasal dari usahanya semata atau ia memang pantas mendapatkannya. Cuba kita renungkan firman ALLAH Ta’ala (maksudnya),
- “Manusia tidak jemu memohon kebaikan, dan jika mereka ditimpa malapetaka dia menjadi putus asa lagi putus harapan.” (Fushshilat: 49). Atau pada ayat lainnya,
- “Dan apabila Kami memberikan nikmat kepada manusia, ia berpaling dan menjauhkan diri; tetapi apabila ia ditimpa malapetaka, maka ia banyak berdoa.” (Fushshilat: 51)
Friday, February 4, 2011
HIBURAN BAGI YANG MENDAPATKAN MUSIBAH
BERIKUT adalah beberapa nasehat dari ayat al Qur’an, hadits dan perkataan ulama yang semoga bisa menghibur setiap orang yang sedang mengalami musibah.
MUSIBAH TERASA RINGAN DENGAN MENGINGAT PENDERITAAN
YANG DIALAMI ORANG SOLEH
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
- “Musibah yang menimpaku sungguh akan menghibur kaum muslimin.” [1]
Dalam lafazh yang lain disebutkan.
- “Siapa saja yang terasa berat ketika menghapi musibah, maka ingatlah musibah yang menimpaku. Ia akan merasa ringan menghadapi musibah tersebut.” [2] Ternyata, musibah orang yang lebih SOLEH dari kita memang lebih berat dari yang kita alami. Sudah seharusnya kita tidak terus larut dalam kesedihan.
MASA MUDA, WAKTU UTAMA BERAMAL SHOLEH
WAKTU muda, kata sebagian orang adalah waktu untuk hidup foya-foya, masa untuk bersenang-senang. Sebagian mereka mengatakan, “Kecil dimanja, muda foya-foya, tua kaya raya, dan mati masuk surga.” Inilah guyonan (Eng: joke, object of fun ) sebagian PEMUDA. Bagaimana mungkin waktu muda foya-foya, tanpa amalan sholeh, lalu mati bisa masuk surga[?] Sungguh hal ini dapat kita katakan sangatlah mustahil. Untuk masuk surga pastilah ada sebab dan tidak mungkin hanya dengan foya-foya seperti itu. Semoga melalui risalah ini dapat membuat para PEMUDA sadar, sehingga mereka dapat memanfaatkan waktu mudanya dengan sebaik-baiknya. Hanya pada ALLAH-lah tempat kami bersandar dan berserah diri.
Wednesday, February 2, 2011
Thursday, January 27, 2011
TAKWA! SEMUDAH ITUKAH?
KATA “TAKWA” sangat sering kita dengar dalam ceramah-ceramah agama, sebagaimana kalimat ini mudah dan ringan diucapkan di lisan kita. Akan tetapi, sudahkah hakikat kalimat ini terwujud dalam diri kita secara nyata? Sudahkah misalnya ciri-ciri orang yang berTAKWA yang disebutkan dalam ayat berikut ini terealisasi dalam diri kita?
- “(Yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya) baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah. Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengatahui.” (Ali ‘Imran: 134-135)
Wednesday, January 26, 2011
YANG PALING BANYAK BERISTIGHFAR DAN BERTAUBAT
RASUL dan suri tauladan kita, Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah orang yang paling banyak beristighfar dan bertaubat padahal beliau adalah orang yang telah diampuni dosa yang telah lalu dan akan datang. Sebagaimana hal ini terdapat pada firman Allah,
- إِنَّا فَتَحْنَا لَكَ فَتْحًا مُبِينًا (1) لِيَغْفِرَ لَكَ اللَّهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِكَ وَمَا تَأَخَّرَ وَيُتِمَّ نِعْمَتَهُ عَلَيْكَ وَيَهْدِيَكَ صِرَاطًا مُسْتَقِيمًا
- “Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu kemenangan yang nyata, supaya Allah memberi ampunan kepadamu terhadap dosamu yang telah lalu dan yang akan datang serta menyempurnakan ni’mat-Nya atasmu dan memimpin kamu kepada jalan yang lurus.” (Qs. Al Fath: 1-2)
Dalam kitab shohih, dari Aisyah radhiyallahu ‘anha, beliau berkata,
- كَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- إِذَا صَلَّى قَامَ حَتَّى تَفَطَّرَ رِجْلاَهُ قَالَتْ عَائِشَةُ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَتَصْنَعُ هَذَا وَقَدْ غُفِرَ لَكَ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِكَ وَمَا تَأَخَّرَ فَقَالَ . يَا عَائِشَةُ أَفَلاَ أَكُونُ عَبْدًا شَكُورًا
- “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam terbiasa shalat sehingga kakinya pecah-pecah. Kemudian aku mengatakan kepada beliau, ‘Wahai rasulullah, kenapa engkau melakukan hal ini padahal engkau telah diampuni dosa yang telah lalu dan akan datang.’ Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan, ‘Tidakkah engkau menyukai aku menjadi hamba yang bersyukur.’” (HR. Muslim no. 7304)
Labels:
MUQARRABIN
Tuesday, January 25, 2011
Saturday, January 22, 2011
UNTUKMU YANG BERJIWA HANIF
Kemudian Kami wahyukan kepadamu (wahai Muhammad): Hendaklah engkau menurut ugama Nabi Ibrahim, yang berdiri teguh di atas jalan yang benar; dan tiadalah ia dari orang-orang musyrik. [An-Nahl:123]
[Then We revealed to you, [O Muhammad], to follow the religion of Abraham, inclining toward truth; and he was not of those who associate with Allah. ]
SUNGGUH HIDAYAH menuju Islam yang hakiki itu merupakan kenikmatan yang terbesar dalam kehidupan manusia, karena ia adalah kebahagiaan abadi di dunia dan akhirat. Orang-orang terdahulu telah mengorbankan semua yang ada pada diri mereka untuk meraihnya. Jalan itu pula kiranya yang ditempuh oleh para Nabi dan Rasul dalam mendakwahkan kalimat tauhid untuk mengesakan Allah سبحانا وتعاﱃ.
TUJUAN HIDUP
Banyak orang menyangka kebahagian itu ada pada harta, karenanya ia berletih-letih dan berpeluh mencari sumber-sumber harta. Setelah ia memperoleh harta tersebut, hatinya tetap gundah dan perasaan selalu gelisah, dalam harta yang banyak itu terdapat jiwa yang rapuh.
Banyak pula yang menyangka bahwa pangkat dan kekuasaan itu adalah kebahagian, tetapi setelah pangkat dan kekuasaan diperoleh kebahagiaan semakin jauh darinya, yang terdengar hanya keluh kesahnya.
[Then We revealed to you, [O Muhammad], to follow the religion of Abraham, inclining toward truth; and he was not of those who associate with Allah. ]
SUNGGUH HIDAYAH menuju Islam yang hakiki itu merupakan kenikmatan yang terbesar dalam kehidupan manusia, karena ia adalah kebahagiaan abadi di dunia dan akhirat. Orang-orang terdahulu telah mengorbankan semua yang ada pada diri mereka untuk meraihnya. Jalan itu pula kiranya yang ditempuh oleh para Nabi dan Rasul dalam mendakwahkan kalimat tauhid untuk mengesakan Allah سبحانا وتعاﱃ.
TUJUAN HIDUP
Setiap manusia sepakat dengan tujuan hidup, yaitu mencari dan menggapai kebahagian. Semua manusia ingin hidup bahagia, hanya saja kebanyakan manusia salah dalam mencari jalan kebahagiaan, banyak yang memilih sebuah jalan hidup yang ia sangka disana ada pantai kebahagian, padahal ia adalah jurang kebinasaan.
Banyak orang menyangka kebahagian itu ada pada harta, karenanya ia berletih-letih dan berpeluh mencari sumber-sumber harta. Setelah ia memperoleh harta tersebut, hatinya tetap gundah dan perasaan selalu gelisah, dalam harta yang banyak itu terdapat jiwa yang rapuh.
Banyak pula yang menyangka bahwa pangkat dan kekuasaan itu adalah kebahagian, tetapi setelah pangkat dan kekuasaan diperoleh kebahagiaan semakin jauh darinya, yang terdengar hanya keluh kesahnya.
Friday, January 21, 2011
MENGETUK PINTU-PINTU PERTOLONGAN ALLAH
PERTOLONGAN ALLAH ITU PASTI !
"Wahai orang-orang yang beriman, kalau kamu membela (ugama) Allah nescaya Allah membela kamu (untuk mencapai kemenangan) dan meneguhkan tapak pendirian kamu. " (Muhammad: 7)
Firman
Allah tersebut menegaskan rumusan pertolongan Allah yang bersifat
timbal balik, sebagai kesinambungan daripada ketaatan yang tinggi kaum
beriman. Bantuan dan pertolongan Allah tidak akan datang begitu saja.
Allah tidak akan memberi bantuan itu secara percuma.
Allah سبحانا وتعاﱃ menghendaki bahawa pembelaan-Nya kepada orang-orang beriman terwujud dengan adanya usaha daripada diri mereka sendiri, agar mereka mencapai kematangan dari celah-celah kesulitan yang mereka alami. Seseorang akan mencapai kematangan ketika potensi dan kekuatan terpendamnya bangkit. Dan keadaan ini tidak akan wujud kecuali ketika ia berhadapan dengan merbahaya. Ketika seseorang melakukan usaha membela diri dan menghimpun seluruh tenaganya untuk sesuatu yang mengancam aqidah, prinsip dan kehidupannya, di sanalah seluruh kekuatannya akan bangkit.
"Wahai orang-orang yang beriman, kalau kamu membela (ugama) Allah nescaya Allah membela kamu (untuk mencapai kemenangan) dan meneguhkan tapak pendirian kamu. " (Muhammad: 7)
Allah سبحانا وتعاﱃ menghendaki bahawa pembelaan-Nya kepada orang-orang beriman terwujud dengan adanya usaha daripada diri mereka sendiri, agar mereka mencapai kematangan dari celah-celah kesulitan yang mereka alami. Seseorang akan mencapai kematangan ketika potensi dan kekuatan terpendamnya bangkit. Dan keadaan ini tidak akan wujud kecuali ketika ia berhadapan dengan merbahaya. Ketika seseorang melakukan usaha membela diri dan menghimpun seluruh tenaganya untuk sesuatu yang mengancam aqidah, prinsip dan kehidupannya, di sanalah seluruh kekuatannya akan bangkit.
Thursday, January 20, 2011
INGIN POPULARITI?
Beberapa nama yang terselit dicelah-celah lipatan sejarah yang mungkin tidak dirasai oleh masyarakat dizaman mereka tetapi ternyata nama-nama mereka masyhur di persada langit.
- "Apa kamu tidak
ingin berkahwin wahai Julaibib" lalu responnya ringkas "Dengan siapa ya
Rasulullah صلیﷲ علیﻪ و سلم ?" "Siapakah orang yang sanggup mengahwinkan
puterinya pada saya?"
HATI MEMBENTUK SIAPA DIRI KITA
- “Dan
di antara tanda-tanda yang membuktikan kekuasaannya dan rahmatNya,
bahawa Ia menciptakan untuk kamu (wahai kaum lelaki), isteri-isteri dari
jenis kamu sendiri, supaya kamu bersenang hati dan hidup mesra
dengannya, dan dijadikanNya di antara kamu (suami isteri) perasaan kasih
sayang dan belas kasihan. Sesungguhnya yang demikian itu mengandungi
keterangan-keterangan (yang menimbulkan kesedaran) bagi orang-orang yang
berfikir.” [Surah Ar-Rum, 30:21]
MUSIBAH YANG SEBENAR
YA, itulah musibah yang sebenarnya, apabila kita kehilangan hidayahNya lalu hidup dalam kegelapan dan teraba-raba mencari hakikat diri. Bayangkan kehidupan tanpa hidayah, tanpa keimanan serta keyakinan kepada hari pertemuan dengan Allah سبحانا وتعاﱃ. Manusia yang bagaimanakah agaknya diri kita; tentunya kita tidak takutkan dosa lalu terjun ke dunia kotor dan hina serta hidup bergelumang dosa.
EDISI KHAS - MUNAJAT DIKESUNYIAN MALAM
Solat Tahajjud (disebut Qiyamullail, bagi sesetengah orang) merupakan sarana berkomunikasi seorang muslim dengan Rabbnya, di mana ia merasakan keleazatan munajat dengan Pencipta, berdoa, beristighfar, bertasbih, dan memuji-Nya. Dengan harapan kiranya yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang mempermudah semua aspek kehidupan hamba-Nya, baik pribadi, keluarga, masyarakat maupun negara. Begitu pula aspek dakwah, pendidikan, ekonomi, sosial, budaya maupun politik. Dia akan dekat dengan Rabbnya, diampuni dosanya, dihormati sesama, dan menjadi penghuni surga yang disediakan untuknya.
Diperturunkan dan disajikan firman-firman Allah dan Hadith-Hadith Nabi keutamaan qiyamullail. Semoga memberikan motivasi kepada kita menjadi orang yang dekat dengan Allah, mulia di sisi Allah dan di sisi manusia dan akhirnya menjadi penghuni Syurga.
Di antaranya ayat-ayat al Quran yang menganjurkan bangun di waktu malam dan beribadah iaitu:
Firman Allah سبحانا وتعاﱃ ertinya:
- “Ahli-ahli
Kitab itu tidaklah sama. Di antaranya ada golongan yang (telah memeluk
Islam dan) tetap (berpegang kepada ugama Allah yang benar) mereka
membaca ayat-ayat Allah (Al-Quran) pada waktu malam, semasa mereka sujud
(mengerjakan sembahyang)
Mereka beriman kepada Allah dan hari akhirat, dan menyuruh berbuat segala perkara yang baik, dan melarang daripada segala perkara yang salah (buruk dan keji), dan mereka pula segera pada mengerjakan berbagai-bagai kebajikan. Mereka (yang demikian sifatnya), adalah dari orang-orang yang salih.
Dan apa sahaja kebajikan yang mereka kerjakan, maka mereka tidak sekali-kali akan diingkari (atau disekat dari mendapat pahalanya). Dan (ingatlah), Allah sentiasa mengetahui akan keadaan orang-orang yang bertaqwa.” (Ali Imran: 113 – 115)