Monday, April 11, 2011

JALAN YANG LURUS

SEGALA puji bagi  yang telah menunjukkan JALAN YANG LURUS dan mengangkat hamba terkasih-NYA sebagai pemandu menuju-NYA. Salawat dan salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad صلیﷲ علیﻪ و سلم sebaik-baik Nabi dan Utusan, dan juga bagi para sahabat serta pengikutnya yang setia hingga akhir zaman. Amma ba’du.

Ayat-ayat الْقُرْآنَ yang begitu indah dan menakjubkan, memberikan kepada kita gambaran yang jelas mengenai karakter dan hakikat JALAN YANG LURUS. Jalan yang setiap hari kita mohon kepada  untuk ditunjuki kepadanya. Jalan yang akan menghantarkan penempuhnya menuju syurga dan kebahagiaan, serta melemparkan orang yang melenceng (BM: menukar arah dengan tiba2. Eng: swerve) darinya menuju neraka dan kesengsaraan


 تعاﱃ berfirman (yang artinya),
    “Yaitu jalannya orang-orang yang Engkau beri nikmat atas mereka, bukan jalan orang-orang yang dimurkai dan bukan pula jalan orang-orang yang tersesat.” ( al-Fatihah: 7)
Syaikh as-Sa’di rahimahullah menerangkan bahwa hakikat JALAN YANG LURUS itu akan diperoleh dengan cara mengenali kebenaran dan mengamalkannya (lihat Taisir al-Karim ar-Rahman, hal. 39).
Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah berkata,
    “Dengan ucapan anda ‘Ihdinash shirathal mustaqim’ itu artinya anda telah meminta kepada الله تعاﱃ ilmu yang bermanfaat dan amal yang saleh.” (Tafsir Juz ‘Amma, hal. 12)
Syaikh Abdurrazzaq al-Badr hafizhahullah berkata,
    “Maka orang yang diberi nikmat atas mereka yaitu orang yang berilmu sekaligus beramal. Adapun orang-orang yang dimurkai yaitu orang-orang yang berilmu namun tidak beramal. Sedangkan orang-orang yang tersesat ialah orang-orang yang beramal tanpa landasan ilmu.” (Tsamrat al-’Ilmi al-’Amalu, hal. 14)


Ibnul Qayyim rahimahullah menjelaskan bahwa penyebab orang terjerumus dalam kesesatan ialah rusaknya ilmu dan keyakinan. Sedangkan penyebab orang terjerumus dalam kemurkaan ialah rusaknya niat dan amalan  (lihat al-Fawa’id, hal. 21)




 تعاﱃ berfirman memberitakan ucapan Nabi ‘Isa ‘alaihis salam (yang artinya),
    “Maka bertakwalah kalian kepada الله dan taatilah aku. Sesungguhnya الله adalah Rabbku dan Rabb kalian, maka sembahlah Dia. Inilah JALAN YANG LURUS.” (Ali Imran: 50-51, lihat juga  Az-Zukhruf: 63-64)
Syaikh as-Sa’di rahimahullah berkata,
    “Inilah, yaitu penyembahan kepada الله, ketakwaan kepada-NYA, serta ketaatan kepada Rasul-NYA merupakan ‘jalan lurus’ yang mengantarkan kepada الله dan menuju surga-NYA, adapun yang selain jalan itu maka itu adalah jalan-jalan yang menjerumuskan ke neraka.” (Taisir al-Karim ar-Rahman, hal. 132)
Ibnul Qayyim rahimahullah berkata,
    “ … Sesungguhnya kebenaran itu hanya satu, yaitu jalan الله yang lurus, tiada jalan yang mengantarkan kepada-NYA selain jalan itu. Yaitu beribadah kepada الله tanpa mempersekutukan-NYA dengan apapun, dengan cara menjalankan syari’at yang ditetapkan-NYA melalui lisan Rasul-NYA صلیﷲ علیﻪ و سلم, bukan dengan [landasan] hawa nafsu maupun bid’ah-bid’ah…” (at-Tafsir al-Qayyim, hal. 116-117)
Dalam surah Maryam,  تعاﱃ juga memberitakan ucapan Isa ‘alaihis salam tersebut (yang artinya),
    “Dan sesungguhnya الله adalah Rabbku dan Rabb kalian, maka sembahlah Dia. Inilah JALAN YANG LURUS.” ( Maryam: 36)
Syaikh as-Sa’di rahimahullah menerangkan, bahwa makna ‘sembahlah Dia’ adalah:
    ”Ikhlaskan ibadah kepada-NYA, bersungguh-sungguhlah dalam inabah (taubat dan semakin taat) kepada-NYA. Di dalam ungkapan ‘Sesungguhnya الله adalah Rabbku dan Rabb kalian maka sembahlah Dia terkandung penetapan tauhid rububiyah dan tauhid uluhiyah, serta berargumentasi dengan tauhid yang pertama (rububiyah) untuk mewajibkan tauhid yang kedua (uluhiyah).” (Lihat Taisir al-Karim ar-Rahman, hal. 493)
Bahkan,  sendiri telah menegaskan bahwa tauhid dan ketaatan kepada-NYA inilah JALAN YANG LURUS itu, bukan penyembahan dan ketaatan kepada syaitan.  تعاﱃ berfirman (yang artinya),
    “Bukankah Aku telah berpesan kepada kalian, wahai keturunan Adam; Janganlah kalian menyembah syaitan. Sesungguhnya dia adalah musuh yang nyata bagi kalian. Dan sembahlah Aku. Inilah JALAN YANG LURUS.” ( Yasin: 60-61)
Syaikh as-Sa’di rahimahullah menerangkan, bahwa yang dimaksud ‘mentaati syaitan’ itu mencakup segala bentuk kekafiran dan kemaksiatan. Adapun JALAN YANG LURUS itu adalah beribadah kepada , taat kepada-NYA, dan mendurhakai syaitan (lihat Taisir al-Karim ar-Rahman, hal. 698)

Perlu diingat, bahwa ketaatan kepada Rasul pada hakikatnya merupakan ketaatan kepada , tidak bisa dipisahkan satu dengan yang lainnya.  تعاﱃ berfirman (yang artinya),
    “Barangsiapa yang taat kepada Rasul itu, sesungguhnya dia telah taat kepada الله.” ( an-Nisaa’: 80)
Ayat ini menunjukkan bahwa semua orang yang taat kepada Rasulullah dalam hal perintah dan larangannya sesungguhnya telah taat kepada  تعاﱃ. Karena Rasul tidaklah memerintah dan melarang kecuali dengan perintah dari , dengan syari’at dan wahyu dari-NYA. Sehingga hal ini menunjukkan ‘ishmah/keterpeliharaan diri Rasul صلیﷲ علیﻪ و سلم. Karena  memerintahkan taat kepada beliau secara mutlak (lihat Taisir al-Karim ar-Rahman, hal. 189)




Dari pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa ada empat kata kunci agar seorang hamba bisa berjalan di atas JALAN YANG LURUS, yaitu:

  • ILMU
    Karena dengan ilmu ini maka dia akan bisa membedakan mana yang benar dan mana yang salah, mana tauhid mana syirik, mana sunnah mana bid’ah, mana taat mana maksiat, dst.
  • AMAL
    Karena dengan mengamalkan ilmunya dia akan terbebas dari kemurkaan , bahkan dia akan mendapatkan tambahan petunjuk karenanya.  تعاﱃ berfirman (yang artinya)
“Orang-orang yang mengikuti petunjuk itu, maka الله akan menambahkan kepada mereka petunjuk dan الله berikan kepada mereka ketakwaan mereka.” ( Muhammad: 17)
    Di dalam ayat yang mulia ini  menjanjikan dua balasan bagi orang yang mengikuti petunjuk (baca: mengamalkan ilmunya), yaitu: ilmu yang bermanfaat dan amal yang saleh (lihat Taisir al-Karim ar-Rahman, hal. 787)
  • TAUHID
    Karena dengan memahami dan melaksanakan tauhid maka seorang hamba telah mewujudkan tujuan hidupnya dan berada di atas jalan yang akan mengantarkannya ke surga, jika dia istiqomah di atasnya hingga ajal tiba.
  • TAAT
    Karena dengan menjalankan perintah dan menjauhi larangan berarti dia telah menunjukkan penghambaannya kepada  dan kepatuhannya kepada Rasulullah, sehingga dia akan mendapatkan keberuntungan di dunia maupun di akherat- sebagaimana yang dijanjikan oleh  kepada hamba-hamba-NYA yang taat kepada-NYA.

Allahu A'lam


Abu Mushlih Ari Wahyudi

:::: Khamis, 14 Rabi'ul Awal 1432 | Khamis, 17 Februari 2011 ::::
[ Semua Gambar Adalah Hiasan ]

____________________________
Dipetik Tanpa Suntingan
http://muslim.or.id/manhaj/jalan-yang-lurus.html

Shared By Bicara Hidayah

إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا

“Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bersalawat (memuji dan berdoa) ke atas Nabi. Wahai orang-orang yang beriman bersalawatlah kamu ke atasnya serta ucapkanlah salam dengan penghormatan. “ [Al-Ahzab: 56]