SALAH
satu fasa yang agak kritikal dalam pembinaan diri adalah menerima
kelemahan yang ada pada diri sendiri. Secara fitrahnya manusia memang
memiliki banyak kelebihan dan kelemahan. Namun berdiri didepan hakikat
ini bukanlah sesuatu yang mudah. Seringkali kelebihan yang banyak
menjadikan seseorang itu bongkak dan banggakan diri lalu jatuh kelembah
yang dihina oleh Allah SWT. Bukankah kebanyakan ahli neraka itu ialah
golongan Mustakabbirin (orang-orang yang takbur atau sombong)? Manakala
ada manusia yang terlalu "inferior" hingga merasakan dirinya tidak
bernilai atau ada juga yang terlalu "defensive" bila berdepan dengan
kelemahan diri hingga manusia lain takut untuk memberi nasihat apatah
lagi memimpin tangannya kepada jalan kebaikan lalu membiarkan jiwanya
terkapar-kapar menderita.
Kenapa kita tidak memandang diri kita
sebagai HAMBA? Hamba yang jiwanya Allah ilhamkan dengan kefujuran
(keburukan) dan ketaqwaan. Bahkan kecenderungan kita kepada kefujuran
itu kata Ibnu Jauzi seperti air yang menuruni bukit sedangkan
kecenderungan pada ketaqwaan ini seperti air yang menaiki bukit hingga
memerlukan satu tenaga tambahan untuk naik keatas. Tidakkah kita
menyedari bahwa sedikit saja kelalaian kita dalam mengingati Allah akan
mendekatkan kita pada kefujuran lalu kita akan jatuh kelembah maksiat
dan dosa. Oleh itu, bukankah kita perlu sibukkan diri kita dengan taubat
kepada Allah SWT? Bukankah kita juga perlukan sibukkan diri dengan doa
agar kita mampu mendaki kebaikan yang akan mendekatkan kita pada Allah
SWT?
Janganlah pula kelemahan diri yang banyak menjadikan kita
lupakan kebaikan Allah SWT terhadap kita hingga kita melihat diri kita
ini tidak berguna lalu kita duduk menyalahkan diri kita sendiri.
Mustahil Allah jadikan kita tanpa satupun kebaikan hingga kita tidak
mampu melakukan apa-apapun. Setiap kita telah Allah sediakan kebaikan
yang banyak, cuma bagaimana kita menggali keluar segala potensi yang
kita miliki lalu kita bersihkan dan kita gilapkan.
Kelemahan itu
sebahagian dari diri tetapi bukan keseluruhannya. Kelemahan itu adalah
sebahagian yang Allah sediakan sebagai peluang untuk kita mujahadah dan
Allahpun tidak biarkan kita bersendirian bahkan Allah sentiasa bersedia
mendengar do'a dan munajat kita memohon kekuatan dariNya. Kelemahan juga
adalah pintu masuk syaithan kedalam jiwa kita lalu dibisikkannya
keraguan, kekecewaan, kegelisahan dan keputus-asaan. Sentiasalah kita
mujahadah diri disamping berdoa kepada Allah dalam setiap detik yang
kita lalui.
Sambutlah segala kegelisahan hati dengan ISTIGHFAR
bukan keluhan, rawatlah segala kekecewaan dengan DO'A dan gantikan
keputus-asaan kita dengan HARAPAN.
Janganlah kita berpuus asa
dari hidayah Allah SWT. Bagi jiwa-jiwa yang merasakan dirinya terlalu
lemah dan sering melakukan dosa, saya ingin sampaikan satu berita
gembira bahawa Allah tidak pernah melupakan kita bahkan begitu rindukan
DO'A dan TAUBAT kita.
:::::::// “Allah lebih gembira menerima
taubat hambaNya daripada hamba yang berjalan di padang pasir, lalu ia
kehilangan kenderaannya yang memuatkan makanan dan minumannya. Ia
menyangka akan mati, lalu ia menggali lubang, dan tidur di dalamnya
sambil berkata, ’Aku akan tidur di dalam lubang ini sehinggalah kematian
datang menjemput.’
Tiba-tiba kenderaan dan makanan yang ia bawa
berada di atasnya. ’Sampaikan ia berkata, ‘Ya Allah Kau hambaku, dan
aku TuhanMu (sampai tersalah kata akibat terlalu gembira).
Maka
Allah lebih gembira menerima taubat hambaNya daripada kegembiraan hamba
tadi." (Hadith riwayat Bukhari dan Muslim) \\::::::::
____________________
Dipetik Dari:
http://my.opera.com/azmibhr/blog/janganlah-berputus-asa-dari-rahmat-allah
Shared By Bicara Hidayah